Pende dan pejabat presiden Korea Selatan Hwang Kyo-ahn yang berbicara setelah uji coba gagal peluru kendali Korea Utara dan pamer peluru kendali di Pyongyang, mengatakan bahwa kedua pemimpin akan memajukan penggelaran sistem pertahanan rudal THAAD milik AS di Korea Selatan.
"Dua pekan yang baru lewat lalu, dunia telah menyaksikan kekuatan dan penyelesaian ala presiden baru kami lewat aksi yang diambil di Suriah dan Afghanistan," kata Pence.
"Korea Utara lebih baik tidak menguji cara penyelesaian dia (Trump) atau kekuatan angkatan bersenjata Amerika Serikat di kawasan ini," kata Pence.
Bulan ini angkatan laut AS menyerang sebuah pangkalan udara Suriah dengan 59 rudal Tomahawk setelah serangan senjata kimia di negeri itu. Kemudian Kamis pekan lalu militer AS menjatuhkan "ibu segala bom" yang merupakan bom non nuklir terbesar di dunia, di kompleks gua dan terowongan yang digunakan ISIS di Afghanistan.
Suasana semakin tegang di Semenanjung Korea akibat berulangkalinya Korea Utara mengujicoba peluru kendali dan kekhawatiran bahwa negara ini mungkin akan segera menguji coba bom nuklirnya yang keenam kali.
Beberapa waktu lalu Pyongyang melakukan serangkaian uji peluru kendali dan bom nuklir yang jelas merupakan pembangkangan terhadap sanksi PBB. Negara ini tengah mengembangkan peluru kendali berkepala nuklir yang bisa menyerang daratan AS, kendati AS yakin kemampuan itu masih perlu bertahun-tahun lagi bisa dimiliki Korea Utara.
Pence yang memiliki ayah yang pernah berdinas selama Perang Korea 1950-1953, mengunjungi perbatasan Korea Utara-Korea Selatan dan memastikan AS akan mempertahankan persekutuan dengan Korea Selatan.
"Semua opsi ada di meja untuk mencapai tujuan dan memastikan stabilitas rakyat negara ini. Ada periode kesabaran strategis, tetapi era kesabaran strategis itu sudah berakhir," kata Pence di tengah alunan musik propaganda dari sebelah utara zona demiliterisasi.
Korea Utara sendiri menyatakan akan terus melakukan uji coba peluru kendali. "Kami akan melakukan uji peluru kendali yang lebih sering dalam basis mingguan, bulanan dan tahunan," kata Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Han Song-Ryol kepada BBC di Pyongyang.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017