Fundamental ekonomi yang kondusif akan menjaga rupiah untuk jangka panjang
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi bergerak menguat sebesar 17 poin menjadi Rp13.263, dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.280 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Senin mengatakan bahwa mata uang rupiah masih di tren penguatan di tengah pergerakan meski terbatas di tengah kurs di kawasan Asia yang bervariasi terhadap dolar AS.
"Isu geopolitik global masih membawa ketidakpastian di pasar keuangan," katanya.
Ia menambahkan bahwa pelemahan dolar AS juga seiring dengan pelaku pasar yang merespon inflasi Amerika Serikat yang memburuk. Dipaparkan, inflasi AS turun ke 2,4 persen pada Maret (year on year/YoY) dari 2,7 persen. Inflasi inti turun ke 2,0 persen YoY dari 2,2 persen YoY.
Di sisi lain, lanjut dia, keputusan Presiden AS Donald Trump yang tidak memasukkan Tiongkok sebagai negara yang memanipulasi kursnya menambah alasan bagi dolar AS untuk melemah.
Dari dalam negeri, ia mengatakan, sentimen politik domestik mengenai Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta putaran kedua juga masih menjadi perhatian pelaku pasar uang.
"Situasi itu dapat membuka peluang rupiah di jangka pendek," katanya.
Analis Binaartha Sekuritas Reza priyambada menambahkan bahwa pelaku pasar uang yang masih optimistis terhadap fundamental ekonomi nasional juga turut menjaga nilai tukar rupiah sepanjang 2017.
"Fundamental ekonomi yang kondusif akan menjaga rupiah untuk jangka panjang," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017