Bengkulu (ANTARA News) - Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti meminta maaf secara langsung kepada Aspin Ekwandi dan keluarga, warga Desa Sinar Bulan, Kabupaten Kaur, yang membawa jasad bayinya dalam tas akibat tak mampu membayar sewa ambulans dari RSUD M Yunus di Kota Bengkulu.
"Saya menyampaikan duka dan empati serta meminta maaf atas kelalaian kami melayani masyarakat," kata Ridwan saat mengunjungi keluarga Aspin Ekwandi di Desa Sinar Bulan, Kecamatan Lungkang Kule, Jumat malam (14/4).
Dalam pertemuan di rumah duka, Ridwan menyampaikan ada sejumlah peraturan yang kaku dan segera ditinjau untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Ia pun menyesalkan tindakan petugas di rumah sakit yang belum mampu melayani dengan hati.
"Kita segera evaluasi aturan yang ada kalau itu jadi memberatkan masyarakat," ujarnya.
Sebelumnya Aspin terpaksa membawa jenazah anaknya dalam tas agar bisa dibawa pulang dengan kendaraan umum ke Desa Sinar Bulan. Cara itu ditempuh karena ia tak sanggup membayar sewa ambulans sebesar Rp3,2 juta.
Berawal pada 5 April 2017, saat Sri Sulasmi, istri Aspin, melahirkan anak keempat. Proses persalinan melalui operasi besar karena bayi divonis mengalami kelainan paru-paru dan jantung.
Operasi dilakukan di RSUD Kaur menggunakan layanan BPJS Kesehatann dan saat bayi lahir dirujuk ke RSUD M Yunus Kota Bengkulu untuk mendapatkan perawatan lebih intensif.
"Bayi sempat masuk UGD, kemudian dipindahkan ke ruang anak untuk penanganan bayi prematur. Namun, pada 7 April meninggal dunia. Saat bayi dirujuk, istri saya tidak dibawa ke RSUD M Yunus karena harus mendapatkan perawatan di RSUD Kaur," tutur Aspin.
Ia pun berniat membawa jenazah bayinya menuju kampung halaman dengan ambulans dan pihak rumah sakit menjelaskan biaya sewa mobil jenazah itu sebesar Rp3,2 juta dengan waktu tempuh dari Kota Bengkulu ke Kaur sekitar lima jam perjalanan darat.
"Saya coba tawar tapi mereka katakan tidak bisa kurang," ujar Aspin.
Karena tak memiliki cukup uang, Aspin mencari jalan keluar yakni memasukkan jasad bayinya ke dalam tas pakaian dan pulang ke kampung menggunakan kendaraan umum.
"Di dalam mobil sopir minta tas diletakkan di bagasi tapi saya tolak dengan alasan di dalamnya kue untuk acara pernikahan saudara, untung sopir tak curiga," tuturnya.
Sesampai di kampung halaman, jenazah bayi itu segera dikebumikan.
Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017