London (ANTARA News) - KBRI di Rabat mengelar acara Indonesia Day di Universitas Al Akhawayn Ifran, Maroko dengan menampilkan musik Rebana dan Tari Yapong oleh pelajar dan mahasiswa Indonesia di panggung terbuka bertema Bali dan menarik bagi sekitar 500 penonton.
Pelaksana Fungsi Pensosbud KBRI Rabat Hanung Nugraha kepada Antara London, Jumat mengatakan acara Indonesia Day diadakan KBRI Rabat bekerjasama dengan AUI dan juga digelar pameran warisan budaya dan wisata, workshop membatik, festival kuliner, dan pameran foto sejarah hubungan bilateral RI-Maroko.
Pada agenda itu, kata Hanung, Tari Merak dan alunan Musik Gamelan melengkapi penampilan seni budaya Indonesia Day dan ditutup dengan penampilan Tari Saman asal Aceh dan ini menarik perhatian mahasiswa dan dosen Universitas Al Akhawayn di Ifran, Maroko
Rangkaian kegiatan Indonesia Day ditutup dengan presidential lecture Dubes RI, Syarief Syamsuri mengenai hubungan bilateral RI-Maroko di hadapan pelajar dan dosen Universitas Al Akhawayn.
Selain itu juga hadir Gubernur Ifran yang diundang khusus Dubes RI Rabat.
Selain kehebohan di panggung pentas seni budaya, keramaian pengunjung di ruang pameran budaya menunjukan antusiasme pengunjung pada acara Indonesia Day.
Pameran budaya dan pariwisata menyediakan brosur dan foto-foto keindahan Indonesia serta foto kunjungan Presiden Soekarno ke Maroko tahun 1960, sebagai kunjungan resmi pertama kepala negara dunia ke Maroko setelah kemerdekaanya pada 1956.
Pameran aneka jenis kain batik dan workshop membatik mengundang keingintahuan penonton untuk membatik sesuai sketsa dan gambar kreasi masing-masing.
Festival kuliner Indonesia Day juga menjadi magnet bagi pengunjung yang ingin mencicipi aneka masakan dan kudapan khas Indonesia, seperti lumpia, martabak, sarang semut, bolu kukus dan gorengan.
Sementara demo memasak nasi goreng dipandu Ibu Ella Syamsuri, menambah meriahnya suasana festival kuliner Indonesia Day itu.
Acara Indonesia Day menjadi komitmen KBRI Rabat untuk mendorong pemahaman masyarakat di Maroko akan Indonesia dan akhirnya dapat meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan asal Maroko ke Indonesia.
Universitas Al Akhawayn Ifran berdiri sejak tahun 1995 atas prakarsa Raja Hassan II Maroko dan Raja Fahd Bin Abdul Aziz Saudi Arabia dengan tujuan membangun lembaga pendidikan internasional yang bisa menjadi tonggak penyebar kedamaian dan budaya lintas negara.
Saat ini mahasiswa Universitas Al Akhawayn sekitar 2200 orang yang berasal dari 18 negara dan dari berbagai pemeluk agama serta suku bangsa yang berbeda dan semuanya tinggal di asrama yang sangat asri dan mewah.
Bahasa pengantar di Universitas Al Akhawayn Ifran adalah bahasa Inggris.
(T.H-ZG/E008)
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017