Jakarta (ANTARA News) - Survei Perbankan Bank Indonesia menyimpulkan permintaan kredit dari nasabah ke perbankan, atau kredit baru, menurun signifikan sepanjang Januari-Maret (triwulan-I) 2017.
Indikator Saldo Bersih Tertimbang (SBT) dalam survei tersebut menyebutkan permintaan kredit Januari-Maret 2017 sebesar 52,9 persen atau turun drastis dari triwulan IV 2016 yang sebesar 85,6 persen.
"Permintaan pembiayaan dunia usaha dan rumah tangga yang rendah menjadi faktor utama perlambatan pertumbuhan kredit baru selama triwulan I-2017," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara di Jakarta, Kamis.
Tirta mengatakan perlambatan permintaan kredit terjadi di semua sektor penggunaan, yang terlihat dari SBT Kredit Modal Kerja yang menurun menjadi 51,9 persen dari 84,2 persen, SBT Kredit Investasi yang turun menjadi 65,9 persen dari 69 persen dan kredit konsumsi yang turun menjadi 40,5 persen.
Responden perbankan meyakini pertumbuhan permintaan kredit akan meningkat pada triwulan II, dengan SBT yang melonjak ke 98,5 persen.
"Perkiraan meningkatnya penyaluran kredit didorong oleh perkiraan kondisi ekonomi yang lebih baik, penurunan risiko penyaluran kredit dan rencana penurunan suku bunga kredit oleh bank," ujar dia.
Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan kredit baru pada triwulan II-2017, Tirta mengatakan Survei Perbankan juga mengindikasikan pertumbuhan kredit keseluruhan tahun 2017 diperkirakan sebesar 13,2 persen (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan 13,1 persen (yoy) pada hasil survei triwulan IV 2016.
Survei Perbankan tersebut dilakukan terhadap sampel dari 41 bank umum yang berkantor pusat di Jakarta dengan pangsa kredit 80 persen terhadap industri nasional.
Indikator yang digunakan adalah SBT yakni jawaban responden dikalikan dengan bobot kreditnya, selanjutnya dihitung selisih antara persentase responden yang menyatakan meningkat dan menurun.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017