Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Bank Indonesia (BI) menurunkan kembali suku bunga agar dana-dana yang masuk ke bursa efek (hot money) yang jumlahnya besar tidak singgah ke Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tetapi untuk membiayai pembangunan. "Banyaknya dana-dana yang masuk bukan berarti negatif. Negatif kalau itu dimasukkan ke SBI. Sangat negatif karena itu nanti pemerintah yang membayarnya. Karena itu, BI harus segera turunkan suku bunga, supaya hot money jangan singgah ke SBI, melainkan masuk ke pembangunan," kata Wapres Jusuf Kalla seusai shalat Jumat, di Jakarta, Jumat. Meskipun Wapres mengakui bahwa kebijakan soal suku bunga merupakan kebijakan BI, tapi pemerintah mengharapkan agar proporsional dengan deposito. Menurut Wapres, suku bunga idealnya turun, sehingga sampai orang tidak berminat lagi simpan uangnya di SBI. Menurut Wapres, jika suku bunga diturunkan kemudian hot money itu keluar lagi, maka biarkan saja. Ia yakin hal itu tidak akan mengoyahkan perekonomian nasional karena saat ini Indonesia sudah cukup kuat. Selain itu, rupiah juga tersedia banyak. Karena itulah pemerintah saat ini mendorong semua proyek infrastruktur dibiayai dengan rupiah, bukan dengan dollar, supaya rupiah yang ada bisa keluar. "Suku bunga (BI Rate) sampai delapan persenpun oke, sekarang sudah 8,75 persen. Idealnya sekitar tujuh (persen)," kata Wapres. Menurut Wapres keberadaan dana-dana masuk (hot money) tidak akan dipertahankan oleh pemerintah. Artinya kalau dia mau investasi silakan saja, tetapi kalau mau keluar silakan, selama dia bermanfaat silakan. "'Hot money itu'kan hanya cari keuntungan margin jumlah tertentu atau mencari protofolio saja, oke silakan, karena itu harga saham naik," kata Wapares. Karena itu, tambahnya, pemerintah akan memasukkan emiten-emiten baru. Wapres telah memerintahkan beberapa BUMN untuk segera mencatatkan diri ke bursa efek (listing). Menurut Wapres dalam waktu satu bulan ke depan setidaknya ada 10 sampai 20 BUMN yang listing di bursa efek. (*)

Copyright © ANTARA 2007