"Sampai hari ini belum ada temuan di titik yang diduga ada jenazahnya," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Nganjuk Agus Irianto di Nganjuk, Rabu.
Jumlah personel tim gabungan Basarnas, TNI, hingga relawan yang diperbantukan untuk mencari korban di lokasi longsor hampir 100 orang. Sebelumnya, personel itu hanya puluhan orang saja. Mereka membawa beragam peralatan untuk membantu pencarian korban.
Agus menyebut, ada tiga unit eskavator lagi yang saat ini juga sudah hampir tiba di lokasi kejadian. Jumlah itu menambah eskavator sebelumnya yang ada dua unit.
"Ini masih kurang sekitar 300 meter lagi (ke lokasi tanah longsor) dan kami upayakan sore ini (eskavator) terus jalan," katanya.
Ia juga menyebut, selama pencarian pascalongsor cuaca juga mendukung, dengan selalu cerah. Kondisi itu sangat memudahkan tim, sebab jika hujan lebih sulit melakukan pencarian. Selain itu, jalur juga menjadi semakin licin.
Dalam proses pencarian, tim sebenarnya sudah berhasil mengeduk timbunan tanah sekitar 10 meter, namun belum ada tanda-tanda temuan jenazah. Selain itu, anjing pelacak juga diperbantukan, dengan harapan lebih memudahkan pencarian korban.
Tim, kata dia, juga terus melakukan evaluasi terkait dengan proses pencarian korban tertimbun tanah longsor itu. Selain memetakan medan, juga memastikan titik pencarian, hingga pembacaan terkait dengan potensi terjadinya tanah longsor susulan.
Agus juga menyebut, sejumlah kendala terjadi dalam pencarian korban, misalnya jalur yang berbukit hingga jalan sempit. Namun, petugas tetap berupaya sekuat tenaga membawa beragam alat untuk membantu proses pencarian tersebut.
Musibah tanah longsor terjadi di Dusun Dlopo, Desa Kepel, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk. Longsor sempat membendung sungai, menyebabkan terjadinya bendungan alam.
Hingga kini, tingkat kedalaman longsor hingga 40 meter, membuat petugas pun harus berupaya keras mencari para korban. Dalam musibah itu, lima orang menjadi korban.
Pewarta: Destyan Hendri Sujarwoko/ Asmaul Chusna
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017