Yogyakarta (ANTARA News) - Universitas Islam Indonesia Yogyakarta menyelenggarakan Festival Hadrah 2017 tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah sebagai salah satu upaya melestarikan seni dan budaya Islam di Indonesia.
"Melalui festival itu diharapkan dapat merangkul berbagai kalangan dan ikut menyosialisasikan seni-budaya Islam," kata Wakil Rektor III Universitas Islam Indonesia (UII) Agus Taufiq di Auditorium Kahar Mudzakkir UII Yogyakarta, Selasa.
Pada pembukaan Festival Hadrah 2017 dalam Milad ke-74 UII, Agus mengatakan, UII tidak hanya mengembangkan aspek keilmuan, keagamaan, dan keilmiahan, tetapi juga seni-budaya.
"Kami berharap festival hadrah itu menjadi awal yang baik bagi semua lini di UII, dan dapat mewarnai kehidupan kampus," kata Agus Taufiq.
Ketua Bidang Seni dan Budaya Milad ke-74 UII Hanindya Kusuma Artati mengatakan, Festival Hadrah 2017 itu merupakan penyelenggaraan yang kedua kali, setelah sukses diselenggarakan pada Milad Ke-73 UII pada 2016.
"Hadrah berasal dari perkataan Arab yaitu dzikir yang disertai oleh rebana kecil atau sejenis puisi rakyat yang mempunyai unsur-unsur keagamaan," katanya.
Contohnya, puisi atau lagu yang dinyanyikan ketika orang Madinah menyambut kedatangan Nabi Muhammad SAW dari Mekkah yang dikenal sebagai lagu "Talla-an Badrunalaina".
Menurut dia, festival itu memperebutkan tropi dan hadiah total sebesar Rp18 juta, dan peserta tidak dipungut biaya pendaftaran. Hal itu sebagai wujud apresiasi UII terhadap kesenian Islam di Indonesia.
"Kriteria penilaian dalam festival itu meliputi penampilan, musik, dan vokal. Juri dalam festival itu adalah Anas Fahrudin, Supriyati Hardi Rahayu, dan Ahmad Rony Suryo Widagda," katanya.
Ia mengatakan, penyelenggaraan festival itu mendapatkan respons positif dari masyarakat, yang tampak dari banyaknya kelompok hadroh yang mendaftar.
Setelah dilakukan verifikasi ketentuan dan syarat pendaftaran, panitia penyelenggara menetapkan 27 kelompok hadroh yang dapat tampil.
"Kelompok itu berasal dari Kabupaten Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta, DIY, serta Kabupaten Banjarnegara, Semarang, Salatiga, Klaten, dan Wonosobo, Jawa Tengah," kata Hanindya.
Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017