Makassar (ANTARA News) - Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Mulyono menyebutkan dua ancaman terhadap negara Indonesia yang tentunya harus diwaspadai dan diantisipasi bagi setiap orang khususnya para prajurit.
KSAD Jenderal TNI Mulyono di Makassar, Selasa, mengatakan ancaman yang pertama terkait kondisi saat ini yakni negara berada pada situasi yang disebut "proxy war" yang merupakan program atau sebuah upaya bagaimana suatu negara bisa menguasai bagian negara yang lain tanpa berperang.
"Untuk itu, para prajurit bertanggung jawab dan senantisasi monitor dan memantau terhadap hal-hal atau perkembangan perkembangan yang dapat menimbulkan stabilitas keamanan di wilayah NKRI," katanya.
Terkait ancaman "proxy war", kata dia, merupakan upaya yang begitu halus yang dilakukan negara lain untuk menguasai negara Indonesia.
Namun untuk upaya menguasai itu tidak atau bukan dengan cara berperang secara terbuka, tembak-menembak. Untuk ancaman jenis ini yakni bagaimana upaya untuk melumpuhkan negara itu dengan menggunakan orang dalam.
"Seperti dengan cara menggunakan aktor-aktor lain. Misalnya negara A tidak menggunakan orangnya sendiri untuk mengancurkan negara B, melainkan merekrut orang dari negara B sendiri untuk mengacauakan situasi dan kondisi dinegaranya tersebut,"ujarnya.
Untuk mengacaukan kondisi, di situ dilakukan provokasi, dipengaruhi, dipanas-panasi termasuk dijadikan sebagai agen untuk merusak dari dalam.
"Makanya bermunculan provokator, radikalisme, dan sebagainya. Seolah-olah kita tidak dijajah padahal sebenarnya terjajah."
"Untuk itu kita harus hati-hati, jangan mudah terprovokasi, terpengaruhi praktek adu domba. Apalagi Indonesia itu memang rawan terjadi adu domba karena memang memiliki banyak suku, ras, adat, agama dan pulau," tegasnya.
Sementara ancaman kedua yakni terkait energi. Untuk saat ini, menurut dia, kejadian di Timur Tengah itu merupakan salah satu kasus memperebutkan energi dari fosil.
Namun kedepan, energi fosil tentunya akan habis, jika demikian maka manusia akan beralih ke energi hayati yang didapatkan dari tumbuh-tumbuhan.
Menurut dia, jika tidak ada fosil maka akan beralih ke energi tumbuhan. Ke depan, energi tumbuh-tumbuhan tidak hanya untuk dikonsumsi namun untuk energi sehingga jatah makanan akan berkurang dan menjadi rebutan.
"Untuk puluhan tahun ke depan, akan tumbuh hingga 12 miliar penduduk. Artinya akan banyak manusia yang membutuhkan makanan. Jika terjadi hal itu maka Indonesia sebagai negara yang kaya akan energi hayati tentu menajadi incaran untuk didatangi," katanya.
Pewarta: Abd Kadir
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017