Hal itu disampaikan Chief Strategy Marketing Officer Huawei Technologies Ltd, William Xu, dalam paparannya di ajang Huawei Global Analyst Summit 2017 di Shenzhen, China, Selasa.
"Kami memperkirakan pasar negara-negara berkembang akan menyumbangkan dua miliar pengguna internet di perangkat mobile baru dan 500 juta rumah terhubung jaringan internet baru pada 2025," kata Xu.
Sedangkan saat ini, menurut Xu sebagian besar negara berkembang masih bertumbuh namun pemenuhan kebutuhan dasar komunikasinya masih jauh dari mencukupi.
Sehingga, saat ini dari 4,7 miliar orang di negara berkembang, tiga miliar di antaranya tak memiliki akses internet demikian juga 800 juta rumah.
Menurut Xu salah satu hambatan terbesar dari pengembangan teknologi di negara berkembang adalah masih rendahnya tingkat rasio profitabilitas (RoI) dibarengi mahalnya ongkos akuisisi aset (Capex) maupn ongkos operasional (Opex) di negara setempat.
Meski demikian, Huawei saat ini memiliki departemen khusus yang bertugas untuk mengembangkan solusi untuk negara-negara berkembang yang antara lain menghasilkan aliansi industri semacam Indonesia FTTH Alliance (IFA) yang menyepakati pembangunan ultra-broadband di Indonesia demi mempercepat layanan digital ICT sekaligus meningkatkan kerja sama industri.
Lebih lanjut, Huawei juga berupaya untuk mengembangkan teknologi inovatif seperti EasySite dan Mini OLT untuk mengurangi ongkos akumulasi jaringan.
Kemudian, Huawei juga menawaskan berbagai solusi seperti wireless-to-the-x (WTTx) untuk membantu akumulasi jaringan broadband rumahan.
Huawei juga membantu para operator mengembangkan layanan-layanan video dan semaamnya untuk menambah rata-rata pemasukan dari setiap pengguna layanan telekomunikasi.
Secara keseluruhan, dengan pengalaman di negara-negara maju, Huawei berusaha menularkan apa yang mereka miliki kepada negara-negara berkembang agar bisa meningkatkan kemampuan sekaligus mendorong kualitas layanan serta memangkas ongkos operasional dan pemeliharaan.
Di tengah tantangan besar yang menghadang pertumbuhan industri teknologi komunikasi dan informasi (ICT), Xu mengungkapkan bahwa lewat upaya-upaya Huawei membantu negara berkembang tersebut sebagian investasi jaringan internet baru waktu balik modalnya bisa terpangkas dari proyeksi sembilan tahun menjadi empat tahun.
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017