Jakarta (ANTARA News) - Perombakan kabinet yang tak mampu mengganggu status quo tim ekonominya menunjukkan sangat kuatnya Kabinet Indonesia Bersatu menganut paham neo-liberalisme. Pengamat dari Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan Universitas Gajah Mada (UGM), Ichsanuddin Nooersy, mengemukakanh hal itu di Jakarta, Kamis, terkait tidak tersentuhnya tim ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) dari proses reshuffle jilid dua. "Padahal, jika (tim ekonomi) tidak dirombak, maka duet Susilo Bambang Yudhoyono - Jusuf Kalla (SBY-JK) sedang mempertaruhkan kredibilitasnya untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan," katanya mengingatkan. Ichsanuddin Nooersy berpendapat tim ekonomi sekarang memang berhasil menjaga stabilitas makro yang analog dengan meningkatnya pengangguran dan kemiskinan serta pertumbuhan ekonomi yang paradoks. "Seperti dugaan awal, maka kelanjutan tim ekonomi ini menunjukkan kuatnya paham neo-liberalisme yang dianut dalam KIB," kata Ichsanuddin Nooersy. Sebelumnya, pengamat politik dari CSIS, Indra Piliang, sebagaimana diberitakan Newslink, mengatakan arah perombakan kabinet lebih kepada pengamanan dan akomodasi kepentingan politik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Tidak ada harapan dengan perbaikan kinerja," ujar Indra Piliang singkat. (*)
Copyright © ANTARA 2007