Shanghai (ANTARA News) - Lewis Hamilton mungkin telah "merampas" kemenangan di Grand Prix China, namun Sebastian Vettel di tempat kedua menjadi bukti jelas bahwa Ferrari lebih dari mampu untuk bertarung dengan pebalap Mercedes asal Inggris itu.
Vettel memunculkan suatu kejutan ketika dia memenangkan laga awal musim pada akhir bulan lalu di Australia, dan meskipun pertandingan tersebut berlangsung di tengah cuaca yang lebih dingin, sangat sulit untuk menentukan di antara keduanya siapa yang memimpin di pekan kedua, lapor Reuters.
Hasil di Melbourne dan Shanghai telah membangkitkan harapan rivalitas antara keduanya yang telah berlangsung selama tujuh kejuaraan Formula Satu (F1) di awal musim ini dengan masing-masingnya mengumpulkan 43 poin di klasemen keseluruhan, dapat menjadi pertarungan gelar semusim penuh.
Penampilan di China juga, secara khusus menghapuskan keraguan pada tim yang paling sukses di kejuaraan tersebut dengan gelar di awal musim yang menjadi penanda kembalinya mereka (ke jalur juara) setelah tidak mencatatkan kemenangan di musim 2016 lalu.
"Yang kami dapatkan di Melbourne sudah dalam jalurnya dan dalam kondisi yang sangat berbeda, kami membuktikan bahwa kami memiliki mobil yang kuat," kata Kepala Tim Ferrari Maurizio Arrivabene.
Ferrari telah terlihat kompetitif sejak tes awal musim dan sangat sulit memilih antara Vettel dan Hamilton dalam hal kecepatan dan penampilan sepanjang akhir pekan di Shanghai.
Ketua non-Eksekutif Mercedes, Niki Lauda, telah jauh-jauh hari menyatakan bahwa Vettel memiliki kecepatan untuk merebut posisi pertama balapan bagi Ferrari sejak Grand Prix Singapura pada 2015 lalu, namun Hamilton menjalani kualifikasi dengan baik untuk mengamankan posisi teratas.
"Penjelasannya bahwa Ferrari meningkat sejak tes Barcelona, memenangkan race pertama dan masih berkembang," kata pria Austria 68 tahun yang telah memenangkan gelar F1 tiga kali tersebut.
Hasil balapan tersebut bisa saja berbeda jika "perjudian" Vettel yang masuk ke pit mengikuti virtual safety car di lap pembuka tidak dirusak oleh ditempatkannya "safety car" sesungguhnya, menyusul kecelakaan yang terjadi beberapa lap kemudian.
Strategi tersebut menguncinya di belakang pebalap Red Bull Daniel Ricciardo dan rekan setimnya di Ferrari, Kimmi Raikonen, namun peraih empat kali juara mampu mengejar Hamilton lap demi lap ketika dia berhasil menemukan cara untuk melewati mobil-mobil di deannya.
"Dalam kondisi campur aduk ini terasa seperti kita yang paling cepat, kita yang paling cepat kawan. Tidak bisa membuktikan hal itu (saat ini), tapi kita akan melakukannya di balap berikutnya," kata pebalap 29 tahun tersebut bergembira lewat radio tim.
Mercedes yang telah mencatatkan "hattrick" gelar oleh dua pebalapnya dan gelar konstruktor dalam tiga tahun terakhir, pasti merasa panas pada tim Italia saingan mereka tersebut.
"Saya harap mereka merasakan semangat itu. Dan juga merasakan aroma pertarungan... karena ini sudah dimulai," kata Hamilton selepas balapan, mengacu pada pernyataan timnya.
(Uu.R030/I015)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017