"Kami sudah menulis surat kepada FIFA dan secara umum menjelaskan tujuan lima pergantian pemain itu adalah untuk mendongkrak jumlah pemain," kata Ketua Umum PSSI Letnan Jenderal TNI Edy Rahmayadi di Jakarta, Senin.
Edy melanjutkan, dengan lima pergantian diharapkan proses regenerasi pemain muda Indonesia bisa berjalan dengan baik.
Pada Liga 1, PSSI mewajibkan klub mengontrak setidaknya lima pemain U-23 dan harus memainkan tiga orang di antaranya pada 45 menit pertama.
"Karena itulah kami menambah kuota per-tim menjadi 20 pesepak bola, jadi cadangannya lebih banyak," ujar Edy.
Sementara itu di tempat terpisah, Wakil Ketua Umum PSSI Joko Driyono menambahkan, peraturan pergantian pemain ditambahkan dari tiga menjadi lima dilakukan agar 18 klub peserta Liga 1 bisa berkompetisi dengan baik.
Sebab, beberapa regulasi Liga 1 memang membuat klub harus berpikir keras bagaimana bisa menurunkan skuad termumpuni.
"Jadi misalnya, di pertandingan, sebuah tim menurunkan empat pemain asingnya sesuai aturan, yaitu dua non-Asia, satu Asia dan satu marquee player. Jumlah itu menjadi lima orang ditambah penjaga gawang, kemudian ditambah lagi tiga pemain U-23. Artinya tim tersebut hanya memiliki tiga tempat kosong yang diperebutkan pemain terbaik. Kalau cuma tiga kali pergantian akan sulit," kata Joko.
Lagipula, lanjut dia, FIFA beberapa kali menunjukkan keluwesan penerapan kebijakan yang tidak diatur dalam "Laws of The Game", seperti halnya "jeda minum" atau "water break".
Walau tidak tertera dalam aturan, "water break" yang dilakukan selama tiga menit dalam pertandingan itu sudah lazim dilakukan terutama di negara beriklim tropis dengan alasan melindungi kesehatan atlet.
"Artinya FIFA tidak tertutup terhadap inovasi. PSSI meminta lima pergantian pemain dengan alasan yang jelas, tidak asal-asal. Secara informal FIFA pun menilai kebijakan tersebut tidak sekadar Laws of The Game tetapi juga tentang pengembangan sepak bola," tutur Joko.
Pewarta: Michael S
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017