Jakarta (ANTARA News) - "Hai, baling-baling bambu!" Suara serak khas Doraemon yang keluar langsung dari mulut Nurhasanah (58) sontak membuat nostalgia masa kecil memenuhi pikiran.

Dua puluh empat tahun dia mengisi suara robot kucing biru dari abad ke-22 yang punya segala macam benda ajaib itu.

Awalnya banyak yang tidak menyangka pemilik suara serak khas Doraemon itu seorang perempuan paruh baya bercucu dua.


"Memang banyak yang kaget, 'Lho, kirain laki-laki?'," kata Nurhasanah, lalu tergelak.


Dan dia terlihat menikmati peran itu, dan menyukai karakter yang dia sulih suaranya.

Kediamannya berhias aneka pernak-pernik Doraemon. Di teras rumahnya, ubin batu bergambar Doraemon yang ditempel di dinding. Suami Nurhasanah membeli ubin itu di salah satu toko pinggir jalan daerah Senayan.


Gantungan Doraemon menghiasi bagian dalam mobilnya. Beberapa boneka serta bantal Doraemon ada di dalam rumahnya.


"Kalau ngasih-ngasih kado, biasanya ya Doraemon," imbuh dia.


Awal mula


Nurhasanah menuturkan bahwa kecintaan pada sandiwara radio membuat dia kemudian terjun ke dunia sulih suara.


"Saya suka dengar sandiwara radio, jadi ingin main di sandiwara radio," ujar dia.


Keinginannya tercapai. Dia akhirnya bekerja di bagian produksi sandiwara radio RRI selama 34 tahun sebelum pensiun pada 2016.

Sebelum menjadi penyulih suara Doraemon, Nurhasanah mengisi suara untuk telenovela.


Beberapa temannya di RRI mengisi suara untuk kartun Doraemon. Prabawati Sukarta yang menyulih suara Shizuka adalah rekan Nur, sementara pengisi suara Suneo saat itu adalah atasannya.

Ketika ada rekaman Doraemon, para kolega kerjanya biasa berkumpul sebelum pergi bersama-sama ke studio.


"Saya pikir 'Ih enak kali ya ngumpul, pergi rekaman Doraemon, enak kali ya ngisi film anak-anak?'"


Tawaran menjadi penyulih suara Doraemon kemudian datang dari Prabawati ketika penyulih suara si robot kucing saat itu, Anita Riyadi, akan diganti.

Saat itu Nurhasanah justru bertanya balik seperti apa suara Doraemon karena ia belum pernah menonton kartun tersebut.


"Prabawati bilang, 'Lo nonton dulu deh hari Minggu pagi. Lo pasti bisa'," kenang Nurhasanah.


Nurhasanah resmi menjadi pengisi suara Doraemon sejak 1993. Setelah tiga belas tahun, ia sempat vakum dari Doraemon karena diganti dengan orang lain.


"Mungkin karena mau cari variasi baru," kata Nur.


Namun pergantian itu menuai banyak protes dari penonton setia yang terbiasa mendengarkan suara serak Nurhasanah.


"Ada mahasiswa-mahasiswa yang ke RRI, terus tahu saya ngisi Doraemon, mereka minta saya balik lagi karena suara yang sekarang berbeda," tutur dia.


Selama kira-kira setahun vakum dari Doraemon, Nur mendapat tawaran baru untuk mengisi suara anak kecil dalam cerita anak-anak berbarengan dengan dua rekannya di RRI. Saat episode pertama keluar, rupanya klien tidak puas dengan suara anak kecil versinya.


Pendek kata, Nurhasanah batal mengisi suara anak-anak dalam cerita itu. Ia memilih berpikir positif, mungkin saja rezekinya memang bukan di tempat itu.

Optimismenya terbukti. Tak berapa lama ia mendapat tawaran untuk kembali mengisi suara Doraemon sekaligus mengikuti tur keliling Indonesia selama tiga bulan.


"Saya sempat ragu mau balik lagi atau enggak, takutnya nanti begitu (diganti) lagi."


Keraguannya terkikis oleh dorongan anak, yang meyakinkan dia kembali menyuarakan karakter ikonik yang sudah puluhan tahun ada di layar kaca.


Beruntung pekerjaannya tergolong fleksibel sehingga bisa beriringan dengan kegiatannya di bidang sulih suara.


Selama tur keliling Doraemon, Nurhasanah pergi menemui penggemar kartun itu di berbagai kota tiap Jumat - Senin.


"Dapat izin dari kantor, kalau pesawatnya sore ya pagi ke kantor dulu, baru berangkat ke bandara dari situ," katanya.


Pada masa awal menjadi penyulih suara Doraemon, ibu beranak tiga itu tak pernah lupa menonton kartun tersebut untuk mengetahui hasil kerjanya. Belakangan, ia tak sempat lagi menontonnya.


"Sibuk, kadang pas mau nonton ternyata tayangan sudah habis," kata Nur, yang hobi menjahit.


Doraemon tak hanya tayang dalam bentuk serial televisi, tetapi juga film layar lebar. Nurhasanah juga mengisi suara Doraemon dalam film "Legenda Raja Matahari".


Tingkat kesulitan mengisi suara untuk film menurut dia lebih tinggi ketimbang serial biasa. Pergerakan mulut karakter dengan suara penyulih suara harus persis dan sempurna. Sementara dalam tayangan serial televisi, sedikit ketidaksempurnaan bisa "dimaafkan".


"Pokoknya yang penting cocok dan terdengar bagus."



Artis Dadakan


Nama Doraemon sudah melekat pada sosok Nurhasanah. Teman-teman kantor pun memanggilnya "Dora" , "Emon" atau "Doraemon".


"Sudah otomatis, saya jadi nengok."


Bahkan dua cucunya memanggil Nurhasanah "Mama Emon". Awalnya mereka memanggil neneknya dengan sebutan "Mama", tapi belakangan ada tambahan "Emon" ketika ada saudara yang mulai memanggil Nur "Eyang Emon".


Jika ada kunjungan mahasiswa ke RRI, kerap ada yang memberitahu mereka bahwa pengisi suara Doraemon bekerja di sana. Jumpa penggemar dadakan pun terjadi.


Nur tak bosan-bosan melayani permintaan penggemar untuk berbicara ala Doraemon. Ia juga pernah dirubung penggemar yang ingin foto bersama di pameran "Doraemon 100 Secret Gadget Expo" beberapa waktu lalu.


"Ada orang yang mengenali aku, eh jadinya lama dicegat sana-sini. Ya Allah, kayak artis saja hahaha...”


Ketika anak-anaknya masih belia, mereka kerap bercerita mengenai profesi ibunya kepada teman-teman mereka. Alhasil Nur juga mendapat permintaan khusus ketika ada teman anaknya yang berkunjung ke rumah.


"Biasanya mereka minta 'Tante, ngomong dong tante'".


Kini Nurhasanah memfokuskan kegiatan pada keluarga dan Doraemon. Sesekali ia menerima undangan untuk tampil di televisi atau acara lain.


"Saya sedang menikmati bersantai di rumah," katana, menambahkan kemacetan Jakarta membuatnya enggan terlalu sering bepergian.


Lantas kalau Doraemon benar-benar ada, apa benda yang ingin dia ambil dari kantong ajaib?


"Pokoknya yang paling banyak gunanya," katanya bercanda.


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017