agresi terhadap sebuah negara berdaulat

Jakarta (ANTARA News) - Turki dan Rusia, --dua negara yang saat ini menjadi di antara negara asing yang paling aktif intervensi dalam perang saudara di Suriah-- mengungkapkan reaksi berlainan terhadap langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump membom pangkalan udara Suriah dengan rudal Tomahawk menyusul serangan senjata kimia ke Idlib, Selasa lalu.

Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut serangan peluru kendali ke pangkalan udara Suriah itu melanggar hukum internasional dan telah merusak hubungan AS-Rusia.

Pemimpin Rusia itu menyebut aksi AS itu agresi terhadap sebuah negara berdaulat, sebagai dalih (untuk intervensi lebih jauh di Suriah), dan sebagai upaya mengalihkan perhatian dunia terhadap banyaknya korban sipil di Irak, kata juru bicara Presiden Putin, Dmitry Peskov, seperti dikutip Reuters.

AS berdalih telah memberitahu pasukan Rusia sebelum melancarkan serangan peluru kendali itu dan menjamin rudal tidak akan menyasar posisi-posisi militer Rusia di pangkalan itu. Kendati menegaskan tidak ada bagian Rusia di pangkalan itu yang dihajar Tomahawk, AS menandaskan bahwa pihaknya tidak membutuhkan persetujuan Rusia untuk merudal Suriah.

Sebaliknya, Turki menyebut serangan rudal AS itu berpengaruh positif dan menyeru dunia untuk teguh melawan kebarbaran pemerintah Suriah.

Dalam wawancara dengan FOX TV edisi Bahasa Turki, Wakil Perdana Menteri Numan Kurtulmus menyatakan bahwa pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad harus sepenuhnya dihukum di arena internasional dan bahwa proses perdamaian di Suriah mesti dipercepat.


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017