Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat pagi, bergerak menguat sebesar 30 poin menjadi Rp13.298, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.328 per dolar AS.
"Mata uang rupiah menguat memfaktorkan proyeksi Bank Pembangunan Asia (ADB) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dimana pada tahun 2017 sebesar 5,1 persen dan 5,3 persen pada 2018," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Jumat.
Ia menambahkan bahwa sentimen mengenai survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang mengindikasikan optimisme pada Maret 2017 juga turut menjaga nilai tukar rupiah.
Ia mengemukakan bahwa Bank Indonesia memaparkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Maret 2017 sebesar 121,5, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 117,1.
Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang mengalami penguatan juga turut menjadi salah satu penopang bagi mata uang berbasis komoditas, seperti rupiah.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude menguat 1,82 persen menjadi 52,64 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 1,62 persen menjadi 55,78 dolar AS per barel.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa cadangan devisa periode Maret yang diperkirakan naik juga menjadi salah satu faktor yang menjaga fluktuasi rupiah terhadap dolar AS di pasar valas domestik.
"Cadangan devisa yang naik bisa mencegah rupiah dari pelemahan," katanya.
Berdasarkan data Bank Indonesia, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Februari 2017 tercatat sebesar 119,9 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Januari 2017 yang sebesar 116,9 miliar dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017