Dhaka (ANTARA News) - Lebih dari 100.000 ulama berdemonstrasi menentang ekstremisme di ibu kota Bangladesh pada Kamis (6/4), setelah serangan kelompok militan di negara dengan mayoritas penduduk Muslim itu.
Penyelenggara mengatakan unjuk rasa digelar untuk memprotes "perebutan kekuasaan" brutal atas nama Islam di Bangladesh, tempat munculnya ekstremisme memicu kekhawatiran internasional.
Unjuk rasa tersebut dilakukan setelah serangan bunuh diri terhadap pasukan keamanan Bangladesh yang memicu serangkaian penggerebekan yang menyebabkan tewasnya tersangka ekstremis.
Polisi mengatakan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina berpidato ke lebih dari 100.000 ulama di sebuah taman di Dhaka tengah, tempat dua ulama terkemuka Arab Saudi memberikan ceramah menentang ekstremisme.
Baca juga: (Indonesia kecam serangan teror di Bangladesh)
Baca juga: (Hollande sebut hasil pemilu Belanda sebagai "kemenangan lawan ekstremisme")
"Tidak ada tempat untuk teror dan ekstremisme dalam Islam," kata Shaikh Mohammed bin Naser Al Khujaim, ulama senior dari Mekkah, kepada peserta demonstrasi.
"Muslim di seluruh dunia harus tetap teguh melawan teror dan ekstremisme ini."
Kepolisian Dhaka menutup sejumlah jalan utama yang menuju taman tersebut dan meminta orang-orang menghindari pusat perbelanjaan sibuk saat mereka meningkatkan keamanan untuk kegiatan unjuk rasa tersebut.
Pemerintahan Hasina menyalahkan Jamayetul Mujahideen Bangladesh (JMB), kelompok yang dilarang, atas gelombang serangan mematikan terhadap agama minoritas dan orang asing.
Banyak serangan lain, termasuk serangan tahun lalu yang menewaskan 22 orang termasuk 18 orang asing di Dhaka, diklaim oleh ISIS menurut warta kantor berita AFP. (mu)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017