"Saya mencatat sebanyak 4,1 juta anak di Indonesia tidak sekolah di usia sekolah dengan berbagai persoalan sosial," katanya saat melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung, Rabu.
Dia memuji pemerintah Kabupaten Bangka dimana secara nasional jumlah anak tidak sekolah cukup banyak, pemerintah daerah itu mengambil langkah dengan mengeluarkan kebijakan program perburuan untuk anak putus sekolah (Bunatuslah).
"Program ini patut menjadi contoh bagi daerah lainnya di Indonesia karena memang program itu selaras dengan program dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," katanya.
Ia mengatakan, format Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan anak usia sekolah adalah anak yang berusia enam sampai 21 tahun, pada usia sekolah inilah pemerintah melalui kementerian untuk mengeluarkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk membantu memeratakan pendidikan.
"Program Bunatuslah yang diilustrasikan pemerintah Kabupaten Bangka merupakan bentuk upaya penjangkuan bagi anak-anak yang tidak terregistrasi di lembaga sekolah untuk kembali kesekolah," katanya.
Diakuinya kartu ini tidak semuanya terserap karena tidak dilakukan perburuan seperti di Kabupaten Bangka, dan program ini boleh dilakukan oleh orang.
"Program ini akan saya sampaikan ke menteri terkait agar dapat diaplikasikan ke daerah-daerah lain di Indonesia dan saya berharap dengan program Bunatuslah dapat membantu pemerataan kualitas sumber daya manusia," ujar Menteri Sosial.
Ia minta program Bunaktuslah ini diikuti dengan program akses kelahiran karena khawatir anak yang putus sekolah tidak punya akta kelahiran.
"Setelah di buru mereka kemudian diajak masuk sekolah, pada saat yang sama saya mohon akta kelahirannya bisa dipenuhi. Anak-anak yang luar biasa seperti ini sangat mungkin setelah mereka ambil pada kejar paket C dia bisa saja kuliah di berbagai perguruan tinggi terkenal tidak saja di dalam negeri tetapi juga di luar negeri," katanya.
Pewarta: Kasmono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017