Dalam siaran pers di Jakarta, Rabu, Wakil Tetap Bahama Untuk PBB, Elliston Rahming, menyayangkan kejadian itu dalam mengatakan Otoritas Maritim Bahama yang berkedudukan di London akan membantu investigasi.
Kesediaan itu disampaikan Rahming saat bertemu Deputi Koordinasi Bidang Kedaulatan Maritim Kemenko Kemaritiman, Arif Havas Oegroseno, di sela-sela perundingan persiapan pembentukan norma internasional terkait keanekaragaman hayati di luar area 200 mil laut, di New York, akhir Maret lalu.
"Duta besar Bahama menyayangkan kejadian ini dan mengatakan bahwa sesuai aturan nasional mereka, Bahamas Maritime Authority akan melakukan investigasi terhadap peristiwa tersebut," kata Oegroseno.
Bahama sebagai negara kepulauan yang menggantungkan perekonomiannya pada sektor pariwisata juga sepakat untuk melakukan kerja sama restorasi terumbu karang.
Rusaknya terumbu karang di Raja Ampat, Papua Barat, diawali dari masuknya sebuah kapal pesiar MV Caledonian Sky yang memiliki bobot 4.200 GT pada 3 Maret 2017.
Kapal berbendera Bahama itu dinakhodai Kapten Keith Michael Taylor dan membawa 102 turis dan 79 anak buah kapal (ABK).
Setelah mengelilingi pulau untuk mengamati keanekaragaman burung serta menikmati pementasan seni, para penumpang kembali ke kapal pada siang hari tanggal 4 Maret 2017. Kapal pesiar itu hendak melanjutkan pelayaran ke Bitung pada pukul 12.41 WIT.
Namun, sebelum sempat melanjutkan pelayaran menuju Bitung, MV Caledonian Sky kandas di atas sekumpulan terumbu karang di Raja Ampat.
Taylor merujuk pada petunjuk GPS dan radar tanpa mempertimbangkan faktor gelombang dan kondisi alam lainnya.
Kandas kapal MV Caledonian Sky menyebabkan 18.882 meter persegi terumbu karang rusak. Seluas 13.270 meter persegi terumbu karang rusak total dan 5.612 meter persegi rusak sedang akibat hempasan pasir dan pecahan terumbu karang karena olah gerak kapal.
Pewarta: Ade Junida
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017