Acara diawali dengan laporan Kepala SIKL, Agustinus Suharto dilanjutkan dengan sambutan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur, Prof Ari Purbayanto, sambutan Wakil Dubes KBRI Kuala Lumpur, Andreano Erwin dan doa serta notifasi oleh Dr Lili Yulnadi yang juga dosen di University of Malaya (UM).
Kepala SIKL, Agustinus Suharto dalam laporannya mengatakan UN SD diikuti 35 siswa SIKL dan sembilan Sekolah Indonesia Johor Bahru, SMP oleh 25 siswa SIKL dan tiga Sekolah Indonesia Johor Bahru, kemudian UN SMA diikuti 24 siswa IPA serta 21 orang siswa IPS SIKL.
"Para siswa selama ini sudah melalui lima kegiatan yakni belajar mengajar rutin, bimbingan belajar atau pendalaman materi, try out soal-soal UN, camp motivasi dan doa bersama," katanya.
Dia berharap dengan lima tahapan tersebut siswa siap melakukan UN.
"UN kali ini ada sedikit perbedaan. Sekarang ditambah dengan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN). Tahun ini SIKL satu-satunya sekolah Indonesia di luar negeri yang menggunakan komputer," katanya.
Pada kesempatan tersebut Agustinus mengatakan kriteria kelulusan adalah anak-anak harus ikuti semua tingkat pembelajaran, moral pribadi baik, nilai rata-rata rapor minimal 70, USBN minimal 55 dan 40 ujian sekolah sedangkan kelulusan ditetapkan sekolah.
Sementara itu Prof Ari Purbayanto mengatakan sebagaimana disampaikan kepala sekolah anak-anak sudah melakukan lima hal karena itu tidak perlu dicemaskan karena sudah ada tahap yang dilalui.
"Saya hanya mengingatkan bahwa kalian semua sudah siap sehingga tidak perlu khawatir. Pak Wakil Dubesu akan menyemangati agar mendapatkan hasil optimum. Ujian pada saat ini tidak perlu dicemaskan. UN tidak tentukan kelulusan. Kelulusan penetapan sekolah, penggabungan ujian sekolah dan UN," katanya.
Meskipun UN tidak menentukan kelulusan, ujar dia, tetapi harus dicapai optimum karena akan menjadi catatan hidup.
"Kalau UN SMA penting karena Malaysia Qualification Agency (MQA) menyaratkan bisa diterima sekolah di Malaysia apabila nilai UN diatas 6,5. Mohon doa restu orang tua. Jangan sakit. Jangan forsir," katanya.
Wakil Dubes KBRI Kuala Lumpur, Andreano Erwin mengatakan dirinya juga merupakan alumni sekolah Indonesia di luar negeri yakni di Chekozlovakia dan di Belanda.
"Dalam hidup kita akan banyak ujian yang akan dihadapi. UN adalah salah satunya. UN di SIKL diakui oleh Malaysia. Ini merupakan sebuah kebanggaan. Saya baru dua bulan disini. Saya bangga," katanya.
Dia mengatakan pendidikan di rumah adalah pondasi awal sedangkan pendidikan di sekolah adalah kelanjutan pondasi awal.
"Saya hanya mendoakan agar ujian berjalan sesuai harapan. Harapan saya yang mau melanjutkan ke Malaysia agar lebih giat. Saya ingin menantang adik2 agar SIKL bisa diterima di Univeritas manapun," katanya.
Pada kesempatan tersebut Dr Lili Yulnadi yang juga dosen di University of Malaya (UM) mengatakan ujian adalah sebuah proses jangan dijadikan ujian.
"Kalau orang sudah punya tujuan sudah jelas kalau belum punya tujuan akan plin plan. Manusia memiliki tujuan. Kita punya misi. Ujian jangan dijadikan tekanan karena proses biasa. Sehingga tidak menjadi beban. Apa misinya. Jangan sampai kita keliru. Pahami identitas diri. Hendak kemana kita ini," katanya.
Pewarta: Agus Setiawan
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017