Komite SMAN 30 Garut, Sambas, mengatakan kejadian itu tidak menimbulkan korban jiwa, hanya menyebabkan bagian atap tiga kelas rusak berat.
"Hanya roboh saja, tida ada korban karena saat roboh guru dan siswa sudah pulang," kata Sambas yang juga menjabat sebagai Sekretaris Kecamatan Cihurip.
Ia menuturkan, bangunan sekolah itu dibangun pada 2014 sampai 2015 menggunakan kerangka baja ringan pada atap bangunan sekolah tersebut.
Menurut dia, robohnya atap sekolah itu karena kerangka baja ringan tidak mampu menahan beban genting.
"Ini pakai genting biasa jadi tak kuat pondasi baja ringannya, dari beberapa hari lalu juga sudah kelihatan tanda-tanda bakal roboh," katanya.
Ia mengungkapkan, kerusakan hanya terjadi pada bagian atapnya saja, sedangkan pada bagian tembok ruang kelas tidak ada yang mengalami kerusakan.
Ia menyampaikan, pihak sekolah menggunakan bahan atap dari baja ringan itu agar kelihatan bagus dan kuat, tetapi ternyata membahayakan.
"Pakai baja ringan biar kelihatan bagus dan kuat, tapi ternyata malah roboh," katanya.
Kejadian itu menyebabkan tiga ruang kelas tidak dapat dimanfaatkan oleh para siswa untuk kegiatan belajar mengajar.
Selain itu, kondisi ruang kelas yang rusak tersebut akan mengganggu pelaksanaan ujian nasional tingkat SMA di sekolah tersebut.
"Karena kelas roboh, pihak sekolah akan mencari alternatif tempat ujian ke tempat lain, bisa dipindah ke aula Desa Cihurip," kata Sambas.
Pewarta: Feri Purnama
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017