Markas Besar PBB, New York (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon meminta negara-negara anggota PBB untuk secara serentak memberikan perhatian terhadap pemanasan global (global warming), industrialisasi, polusi udara serta perlunya mendorong pasokan energi tanpa polusi bagi negara-negara berkembang.
Sementara itu, di tempat terpisah, Direktur Eksekutif UN-Habitat, Anna Tibaijuka mengungkapkan bahwa gas rumah kaca yang telah dihasilkan oleh perkotaan telah mencapai 60 persen dan bahwa banyak kota di berbagai belahan dunia rentan terhadap ancaman akibat perubahan iklim dunia.
Permintaan agar dunia bertindak secara serentak disampaikan Ban Ki-moon ketika membuka pertemuan para menteri lingkungan hidup dengan topik "Mengubah Komitmen Menjadi Aksi, Bekerja Sama dalam Kemitraan", di Markas Besar PBB, New York, Rabu.
"Energi, perubahan iklim, pembangunan industri dan polusi udara merupakan masalah-masalah kritis yang menjadi agenda internasional. Memberikan perhatian terhadap masalah tersebut secara bersama-sama berarti menciptakan kesempatan untuk sama-sama mendapat kebaikan, juga ini penting bagi pembangunan berkelanjutan," kata Ban.
Pertemuan tersebut menghadirkan 27 pembicara, termasuk pejabat setingkat menteri, dari berbagai negara dan berlangsung pada 30 April hingga 11 Mei 2007.
Para menteri yang hadir antara lain dari Belanda, Jerman, Finlandia, Swedia, Ialia, Kroasia, Korea Selatan, Thailand, Pakistan, Mesir, Senegal dan Botswana.
Di bidang energi, Ban mencatat bahwa masyarakat dunia yang masih belum mendapatkan akses listrik berjumlah 1,6 miliar orang, sementara mereka yang tidak memiliki pasokan energi modern untuk memasak dan pemanas ruangan mencapai 2,4 miliar orang.
"Kita harus melakukan langkah lebih banyak lagi dalam menggunakan dan mengembangkan sumber-sumber energi yang bisa diperbaharui," kata Ban.
Sementara itu, Direktur Eksekutif UN-HABITAT dalam jumpa pers di Markas Besar PBB, New York, Kamis, mengungkapkan bahwa hampir 1/3 masyarakat miskin di perkotaan adalah pihak yang menjadi korban dari pemanasan global sementara 60 persen gas rumah kaca dihasilkan di perkotaan.
Tibaijuka juga mengingatkan bahwa banyak kota di dunia yang rentan terhadap meningginya tingkat permukaan laut serta ancaman bencana lainnya yang ditimbulkan oleh pemanasan global.
UN-Habitat (UN Human Settlements Programme) mencatat bahwa di banyak kota di berbagai belahan dunia --terutama di negara-negara berkembang, penduduk wilayah miskin dan kotor di perkotaan jumlahnya mencapai 50 prosen dari populasi yang ada dan mereka kurang mendapatkan akses tempat tinggal, air bersih, fasilitas kebersihan, pendidikan ataupun pelayanan kesehatan.
Menurut UN-Habitat, penduduk miskin perkotaan di seluruh dunia yang jumlahnya mencapai satu miliar orang, adalah pihak yang paling rentan menjadi korban saat bencana datang.
Mereka kebanyakan tinggal di daerah-daerah yang justru dihindari banyak orang, seperti di sekitar pantai yang rawan banjir seperti di Dhaka (Bangladesh), di dekat pangkalan udara atau air seperti Hong Kong dan Tbilisi (Georgia) serta di daerah yang terpolusi atau rawan gempa --wilayah yang akan langsung hancur jika gempa terjadi-- seperti di Yerevan, Armenia. (*)
Copyright © ANTARA 2007