Langkah tersebut mencakup kebijakan baru yang diumumkan Senin untuk mendeteksi "penipuan dan pelanggaran" dalam program visa H-1B, dan peringatan dari Kementerian Kehakiman kepada perusahaan agar tidak mendiskriminasi pekerja.
Panduan yang dirilis pekan lalu akan memerlukan definisi lebih ketat tentang tingkat keterampilan bagi pemrogram komputer untuk bisa lolos kualifikasi dalam program visa sementara sehingga memperoleh pekerjaan yang tidak bisa diisi oleh warga Amerika Serikat.
Perusahaan bisa menghadapi penuntutan jika mereka mendiskriminasi pekerja Amerika Serikat dan lebih memilih pemegang visa H-1B menurut para pejabat.
"Departemen Kehakiman tidak akan menoleransi pemberi kerja yang menyalahgunakan proses visa H-1B untuk mendiskriminasi pekerja AS," kata asisten jaksa agung Tom Wheeler dalam satu pernyataan yang dikutip kantor berita AFP.
"Pekerja AS seharusnya tidak ditempatkan dalam status yang tidak disukai, dan departemen sepenuhnya berkomitmen menyelidiki dan menuntut klaim-klaim tersebut."
Visa sementara H-1B berlaku tiga tahun dan dapat diperpanjang sampai tiga tahun berikutnya.
Secara terpisah, Dinas Kewarganegaraan dan Keimigrasian Amerika Serikat (US Citizenship and Immigration Services/USCIS) menyatakan akan mengambil "berbagai langkah untuk lebih lanjut mencegah dan mendeteksi penipuan dan penyalahgunaan visa H-1B."
"Progam visa H-1B seharusnya membantu perusahaan-perusahaan AS merekrut warga asing berketerampilan tinggi ketika ada kekurangan pekerja berkualifikasi di dalam negeri," kata dinas itu pada Senin.
"Namun, sangat banyak pekerja Amerika yang berkualitas, mau dan layak bekerja di bidang ini yang diabaikan atau menghadapi situasi yang tidak adil."
Dinas itu menyatakan akan menerapkan "pendekatan lebih terencana" dalam mengunjungi pemberi kerja dengan program visa H-1B dan akan menyelidiki perusahaan-perusahaan yang "melanggar program visa H-1B" untuk menekan gaji pekerja AS.
Visa H-1B diberikan kepada para ilmuwan, insinyur, pemrogram komputer atau pekerja dengan keahlian khusus yang dibutuhkan. Program itu banyak dimanfaatkan oleh sektor teknologi, tempat perusahaan-perusahaan menyatakan kekurangan pekerja berkualitas.(kn)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017