Jakarta (ANTARA News) - Penurunan harga komoditas pangan menjadi faktor utama rendahnya inflasi di DKI Jakarta yang pada Maret lalu sebesar 0,05 persen (month to month/mtm) dan hal tersebut juga mengkompensasi timbulnya tekanan kelompok tarif yang diatur pemerintah dari kenaikan tarif listrik pelanggan 900 VA tahap II.
"Kondisi pasokan yang meningkat dan distribusi yang cukup lancar menyebabkan harga pangan terdorong ke bawah," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Doni P. Joewono di Jakarta, Senin.
Inflasi di DKI Jakarta pada Maret 2017 lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata periode Maret pada tiga tahun sebelumnya, yang sebesar 0,18 persen (mtm). Inflasi Maret 2017 ini juga jauh lebih rendah dibandingkan dengan Februari 2017 yang sebesar 0,33 persen (mtm).
Turunnya harga pangan bersumber dari harga bumbu-bumbuan. Harga cabai merah dan cabai rawit, menurut data BI, masing-masing turun 11,06 persen dibanding Februari 2017 (mtm) dan 12,8 persen (mtm). Begitu juga dengan harga telur ayam yang turun 2,11 persen (mtm) dan harga beras yang turun 0,19 persen (mtm).
Sedangkan pada tarif kelompok yang diatur pemerintah (administered prices) terjadi tekanan karena pencabutan subsidi listrik pelanggan 900VA tahap II yang dilakukan awal Maret 2017 yang berdampak kepada pengguna listrik prabayar.
Alhasil, tarif listrik Maret 2017 naik 0,55 persen (mtm).
"Namun, dampak pencabutan subsidi listrik saat ini tidak setinggi Januari 2017 (tahap I). Hal ini menyebabkan masih terjaganya inflasi kelompok administered price secara keseluruhan," kata dia.
Bank Sentral memandang laju inflasi selama bulan ini akan tetap terjaga.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017