Jakarta (ANTARA News) - Rakyat Ekuador berduyun-duyun ke TPS-TPS, Minggu waktu setempat, untuk memilih presiden baru mereka yang disebut bakal beralih dari pemerintahan kiri pimpinan Rafael Correa yang sudah sepuluh tahun berkuasa, ke kecenderungan kanan.
Pemilu ini juga akan menentukan nasib pendiri WikiLeaks Julian Assange yang sejak 2012 bersembunyi di kedutaan besar Kolombia di London.
Calon presiden dari kubu kiri, Lenin Moreno, akan bersaing ketat dengan mantan bankir dari kubu kanan, Guillermo Lasso.
Correa mewarisi ekonomi yang baik di negara Amerika Selatan penghasil minyak itu. Pemilih terbelah antara keberlanjutan rezim kiri yang stabil dengan keinginan untuk perubahan.
"Ini adalah momen yang menentukan karena kami menghadapi reaksi konservatif dalam beberapa tahun terakhir," kata Correa setelah memberikan suaranya, "seluruh dunia menyaksikan."
Lasso finis urutan kedua pada putaran pertama bulan lalu, dengan perolehan suara 28 persen melawan 39 persen yang diraih Moreno. Tetapi banyak jajak pendapat yang mengunggulkannya antara 52,1 sampai 57,6 persen suara.
Pemilu kali ini juga menjadi barometer untuk iklim politik di Amerika Latin yang selama lebih dari satu dekade diperintah oleh rezim kiri, demikian Reuters.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017