Sungai-sungai meluap dekat kota Mocoa Sabtu dini hari waktu setempat lalu untuk memuntahkan air deras, lumpur dan puing-puing ke jalan raya untuk kemudian menerjang rumah-rumah selagi para penghuninya terlelap tidur.
Para relawan dan pemadam kebakaran menempatkan 82 jenazah di kota Villagarzon dan menyatakan banyak jenazah lainnya yang terjebak di puing-puing bangunan.
"Kami harus menemukan mereka. Kami kira kami akan menemukan lebih banyak lagi," kata Wali Kota Villagarzon Jhon Ever Calderon kepada Reuters, seraya mengungkapkan kota ini tak lagi memiliki peti mati.
Banyak keluarga di Mocoa tidak tidur semalaman untuk mencari para korban di tengah puing-puing kendati penerangan listrik di kota itu mati.
"Saya harus tahu di mana mereka berada, apakah mereka cedera atau ke mana harus mencari mereka," kata Maria Lilia Tisoy (37) seraya menangis, menantikan dua anak perempuannya yang salah satunya tengah hamil, serta cucunya yang berumur 4 tahun yang terjabak dalam reruntuhan bangunan.
"Jika mereka mati, ya Tuhan kirimkan mereka kepada saya."
Presiden Kolombia Juan Manuel Santos sudah dua kali mengunjungi area bencana. Dia menyatakan layanan air bersih dan listrik harus dipulihkan sesegera mungkin.
Santos mengambinghitamkan bencana ini kepada perubahan iklim dengan menyatakan Mocoa hanya ditimpa sepertiga dari musim hujan bulanannya dalam satu malam itu saja tapi itu sudah membuat sungai-sungai meluap.
Tentara mengatakan bahwa jumlah korban meninggal ada 254, sedangkan 400 orang terluka. Namun Santos hanya mengatakan 210 tewas dan 203 terluka.
Para pejabat kebencanaan mengungkapkan 600 orang tinggal di rumah darurat, sedangkan dinas sosial telah berhasil mempertemukan 10 anak yang sebelumnya dinyatakan hilang dengan orang tua mereka.
Bencana itu terjadi di tengah cuaca ekstrem di seluruh kawasan Amerika Selatan, termasuk banjir maut di Peru dan kebakaran yang dipicu kekeringan di Chile.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017