"Mereka melalui media sosial dan itulah yang berjalan dan itu yang paling aman menurut mereka (jaringan teroris)," kata Kepala BNPT Komisaris Jenderal Suhardi Alius dalam acara Harlah Ke-71 Muslimat NU di GOR Jayabaya, Kediri, Jawa Timur, Minggu.
Kemajuan teknologi itu,kata dia, sengaja dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk memasukkan beragam doktrin yang bertentangan dengan ajaran agama. Hal itu sangat berbeda dengan sebelumnya.
"Jika dahulu proses baiat itu bertatap muka, secara fisik untuk mendoktrin orang, sekarang baiat lewat online, dilakukan berulang ulang," katanya.
Ia menyebut sudah ada korban dengan baiat lewat daring, yaitu Ivan Armadi Hasugian (18). Yang bersangkutan melakukan aksi percobaan bom bunuh diri di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Jalan Dr. Mansyur, Kota Medan, Sumatera Utara, Agustus 2016.
Komunikasi Ivan dengan jaringan teroris dilakukan berulang-ulang lewat "online". Dari situ, kemudian dicuci otaknya sehingga Ivan melakukan amaliah dengan menyerang.
Di Indonesia, kata dia, masih kesulitan untuk memberantas beragam praktik doktrin yang memanfaatkan teknologi daring ini sebab beragam media sosial di Indonesia bisa dimanfaatkan. Hal itu berbeda di Tiongkok, yang memblokir beragam situs, misalnya Facebook, Google, dan sejumlah media sosial lainnya.
Untuk itu, dia pun aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat sebagai upaya meminimalkan beragam doktrin buruk tersebut. Salah satunya, meminta warga Muslimat Nahdlatul Ulama untuk ikut mengawasi keluarganya.
"Saya minta ibu-ibu Muslimat NU, tolong awasi keluarga kita karena bisa terjadi. Karena rutin lewat media sosial, lama-lama orang yang mungkin tidak terpapar, akan terpikirkan dengan dalil-dalil seperti itu," katanya.
Ia mengatakan bahwa BNPT juga berupaya membuat kontranarasi dan kontrapropaganda. Ketika ada muatan negatif, ayat-ayat yang menurut mereka benar, akan langsung dibahas oleh tim khusus dengan melibatkan pakar-pakar sehingga bisa dikontrol.
"Ketika ada muatan negatif ayat-ayat yang menurut mereka benar, kita konter. Jika tidak, akan dianggap benar masyarakat sehingga kami buatkan kontranarasi bagian sebenarnya dalam konteks ayat itu. Kita buatkan kelompok ahli dari pakar-pakar," katanya.
Ia pun berharap masyarakat juga makin cerdas dengan fenomena tersebut, dengan menyaring informasi yang benar, terutama dengan menyaring informasi yang negatif.
Keluarga yang sebelumnya ada anggota keluarga pernah terlibat jaringan teroris, lanjut dia, terus dirangkul, terutama anak-anaknya, dengan harapan tidak terlibat hal yang sama, terpapar doktrin yang bertentangan dengan ajaran agama.
Dalam acara tersebut, selain dihadiri dari BNPT, juga Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, BNN Kota dan Kabupaten Kediri, serta sejumlah tamu undangan lainnya. Acara itu juga dihadiri ribuan warga Muslimat baik Kota dan Kabupaten Kediri.
(KR-DHS/D007)
Pewarta: Destyan Hendri Sujarwoko & Asmaul Chusna
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017