Pegunungan Cauca (ANTARA News) - Para bekas petempur FARC Kolombia menyerahkan ribuan senjata dan alat tempur lainnya kepada para petugas internasional di sejumlah barak khusus, sementara proses perlucutan senjata selama enam bulan terhadap kelompok pemberontak tersebut terus berlangsung.
Pasukan Revolusioner Kolombia (Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia/FARC) menandatangani perjanjian perdamaian dengan pemerintah tahun lalu guna ikut mengakhiri konflik bersenjata terlama yang berlangsung di wilayah Amerika Latin, demikian laporan Reuters, Jumat (31/1).
Konflik di Kolombia itu telah menewaskan lebih dari 220.000 orang dan menyebabkan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal, sejak FARC didirikan pada 1964 dan beraliran komunis-sosialis. Namun, masyarakat Kolumbia di masa lalu banyak yang menyebut FARC sebagai Tentara Rakyat.
Senjata-senjata yang diserahkan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan disimpan di truk peti kemas yang aman sampai berubah dijadikan patung-patung peringatan.
Para pemberontak diharapkan sudah selesai menyerahkan seluruh persenjataan mereka pada Juni dan sekitar 8.000 senjata dijadwalkan akan didaftar pada pekan ini.
Anggota-anggota unit pemberontak Jacobo Arenas yang bergerilya di pegunungan provinsi Cauca merupakan bagian dari 6.900 petempur FARC yang meninggalkan barak-barak rahasia yang sebelumnya mereka tinggali selama puluhan tahun. Mereka melintasi negeri dengan berjalan kaki, dengan perahu dan truk untuk mencapai 26 zona yang dipantau oleh Perserikatan Bangsa-bangsa.
Sejumlah wilayah tersebut akan menjadi tempat tinggal mereka setelah proses peradilan selesai. Persidangan akan menentukan apakah mereka akan menjalani hukuman khusus karena kejahatan perang atau menerima pengampunan.
Para mantan petempur juga akan berkumpul kembali dengan anggota keluarga ataupun kerabat mereka yang sudah lama hilang kontak, serta menebus kesalahan terhadap para korban.
Berdasarkan syarat-syarat yang tercantum dalam perjanjian perdamaian, FARC akan membentuk gerakan politik di Kolombia.
FARC muncul pertama kali dari kalangan petani yang mengangkat senjata 52 tahun lalu.
Pemimpin FARC telah mengungkapkan kekhawatiran soal kondisi di sejumlah barak, termasuk kurangnya toilet permanen serta berbagai fasilitas, seperti pusat kebugaran, ketika mereka mengatakan menyetujui kesepakatan.
Beberapa anggota FARC mengatakan kepada media setempat bahwa mereka tidak akan menyerahkan senjata mereka sampai barak-barak itu lebih layak ditinggali bagi para petempur.
Pemerintah mengatakan pihaknya sedang mengupayakan penyelesaian fasilitas setiap barak sesegera mungkin. FARC juga bertanggung jawab atas pembangunan barak.
Media setempat melaporkan bahwa sejumlah petempur FARC kemungkinan akan tetap tinggal di wilayah barak setelah mereka dikerahkan untuk menjalankan kegiatan-kegiatan pertanian.
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017