Hingga kini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan yang terjadi saat orang-orang berkumpul untuk menunaikan sholat Jumat tersebut.
Seorang anggota dewan kota Parachina, Sajid Hussain, mengatakan bahwa jumlah korban tewas telah mencapai 11, sementara korban luka 60.
Dia menceritakan bahwa tembakan terdengar sebelum ledakan, yang diduga merupakan bom bunuh diri.
"Serangan ini terjadi di wilayah yang padat dan sebuah masjid khusus perempuan nampak menjadi sasaran," kata dia, dilansir Reuters.
Baca juga: (Ledakan guncang pasar di Barat Laut Pakistan)
Pada bulan lalu, lebih dari 80 orang tewas dalam akibat serangan bom di sebuah makam suci seorang sufi di wilayah selatan Pakistan yang ramai dikunjungi orang. Kelompok bersenjata ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Sementara pada Januari, sedikitnya 21 orang tewas saat sebuah bom meledak di sebuah pasar sayuran Parachina, ibu kota wilayah Kurram di mana pasukan pemerintah sudah bertahun-tahun memerangi kelompok ekstrimis.
Otoritas di Pakistan, sebuah negara dengan mayoritas penduduk Sunni-Muslim, menerangkan bahwa sebuah helikopter militer telah dikirim ke area ledakan pada Jumat untuk membantu evakuasi para korban luka.
Mumtaz Hussain, dokter di rumah sakit terdekat, mengaku telah menerima lima jenazah, termasuk seorang perempuan dan dua anak, ditambah tigapuluhan korban luka. Dia menyerukan para warga untuk mendonorkan darahnya.
"Para pasien dibawa ke rumah sakit kami dengan mobil-mobil pribadi serta ambulan. Kami telah menerima lebih dari 36 pasien hingga saat ini," kata Hussain kepada Reuters.
Serangan-serangan bom yang terjadi selama tiga bulan terakhir menjadi pukulan telak bagi harapan berbagai pihak akan keamanan di Pakistan. Insiden itu juga meningkatkan tekanan bagi Perdana Menteri Nawaz Sharif untuk memperbaiki pengamanan di negaranya.
Sharif sendiri mengecam serangan itu dan berjanji akan terus "memerangi terorisme.
"Jaringan teroris ini telah hancur dan adalah tugas kita untuk meneruskan peperangan sampai terorisme benar-benar hilang dari tanah air kita," kata Sharif.
(G005)
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017