Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMY Ali Muhammad dan rombongan yang terdiri dari para pengajar Program Studi Hubungan Internasional mengunjungi kampus yang berlokasi di Zhengzhou, Provinsi Henan, itu, yang kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing, Jumat.
Ali menyebut kunjungannya itu untuk mempelajari dan mengamati secara langsung perkembangan pembangunan ekonomi di China dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat setempat.
"Selama ini berbagai pemberitaan mengenai China sering kali menjadi topik hangat di media-media Indonesia. Hal tersebut merupakan bagian dari demokrasi yang semakin matang di Indonesia. Namun masyarakat Indonesia tetap saja harus memahami perkembangan politik di China dan memperhatikan kepentingan Indonesia di China," kata Ali.
Di SIAS International University, delegasi UMY mengikuti forum diskusi bersama para pengajar perguruan tinggi yang berdiri pada 1998 itu.
Sejak menjalin kemitraan dengan SIAS, setiap tahun mahasiswa UMY memperoleh kesempatan mengikuti program studi bahasa Mandarin dan program-program studi terkait lain.
Duta Besar RI untuk RRC Soegeng Rahardjo menganggap kerja sama ini sesuai dengan kepentingan nasional terutama untuk lebih memperkokoh potensi di berbagai bidang.
"Kita saat ini hidup pada abad ke-21, tetapi dalam memandang China masih banyak pihak di Indonesia yang menggunakan kaca mata abad ke-20. Oleh karena itu, kita harus mengubah pandangan terhadap China, mengingat negara ini telah melakukan transformasi yang sangat dahsyat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir," kata Soegeng.
Menurut dia, China terus berupaya untuk menjadi ekonomi terkuat di kawasan yang mendorong globalisasi ketika Amerika Utara dan Eropa malah memasalahkan globalisasi.
Baca juga: (UMY buka program studi profesi apoteker)
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017