Jakarta (ANTARA News) - Para pakar bidang perubahan iklim dan sosial dari sejumlah negara berbagi pengalaman terkait kondisi wilayah pantai di Indonesia dan Asia Tenggara lewat proyek TWIN-SEA yang digagas LIPI dengan Kementerian Pendidikan dan Riset Jerman (Bundesministerium fuer Bildung und Forschung/BMBF).
"Untuk 2017 ini, workshop TWIN-SEA menyajikan pengalaman dari empat tahun dinamika jejaring pakar dalam bidang perubahan iklim dan perubahan sosial pada wilayah pantai di Indonesia dan Asia Tenggara," ujar Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan ada tiga workshop berskala internasional telah dilaksanakan pada 2014 hingga 2016 di Jakarta sebagai bagian dari proyek TWIN-SEA dan terselenggara atas kerjasama LIPI melalui International Centre for Interdisciplinary and Advanced Research (ICIAR) dengan Franzius Institute for Hydraulic, Waterways, and Coastal Engineering University of Hannover (FI) dan United Nations University Institute for Environment and Human Security (UNU-EHS).
"Untuk 2017 ini, workshop TWIN-SEA menyajikan pengalaman dari empat tahun dinamika jejaring pakar dalam bidang perubahan iklim dan perubahan sosial pada wilayah pantai di Indonesia dan Asia Tenggara," ujar Iskandar.
Kegiatan ini, menurut dia, diharapkan juga dapat memberikan kesempatan berharga bagi para peserta untuk berbagi temuan baru dan membantu masyarakat untuk beradaptasi dan mengatasi permasalahan terkait perubahan iklim di wilayah pesisir Indonesia dan Asia Tenggara.
Wilayah sepanjang pantai dan kota-kota di Asia Tenggara dinilai rentan terhadap pengaruh perubahan iklim yang selama ini telah dinilai menjadi faktor utama pemicu bencana alam seperti badai topan dan hujan lebat yang menyebabkan terjadinya banjir dan tanah longsor.
Lebih jauh lagi, perubahan iklim dapat memicu bencana lingkungan dengan intensitas dan frekuensi yang lebih tinggi.
Sebagai negara dengan wilayah yang rentan terhadap bencana, Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara perlu mengidentifikasi tantangan utama, kesenjangan pengetahuan, dan langkah-langkah antisipasi yang diperlukan sebagai dasar penentuan kebijakan dan prioritas riset di masa yang akan datang.
Karena itu, menurut dia, sebagai upaya memperbaiki pengurangan resiko bencana serta mengembangkan "low-regret measures" atau langkah-langkah dengan tingkat penyesalan yang rendah untuk adaptasi perubahan iklim maka LIPI bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Riset Jerman menginisiasi proyek TWIN-SEA yang bertujuan mewujudkan jejaring riset pada institusi atau universitas dan praktisi Jerman dan Asia Tenggara.
"Mekanismenya tertuang dalam kerangka kerjasama riset antara institusi pendidikan tinggi di Jerman dengan mitra kerjasama yang tergabung dalam Asia-Pasific Research Area," katanya.
Hadir sebagai pembicara dalam workshop di antaranya John Handmer dari Royal Melbourne Institute of Technology Risk and Community Safety Research Group, Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Dimyati.
Hadir juga President Indonesia International Institute for Urban resilience and Infrastructure dan Profesor Riset bidang Geoteknologi LIPI Jan Sopaheluwakan, budayawan Anand Krishna, serta aktivis dan vokalis grup rock Navicula Gede Robi Supriyanto.
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017