Pernyataan pers ICW yang diterima di Jakarta, Kamis, menyatakan, bangsa ini dapat disebut mengalami krisis dalam banyak hal akibat korupsi, dan maraknya kasus korupsi juga menandakan banyaknya regenerasi koruptor.
ICW juga menyatakan koruptor telah ada baik pada generasi tua maupun generasi muda sehingga regenerasi koruptor juga harus dicegah dan tidak bisa didiamkan saja.
Salah satu cara melawannya adalah mempertahankan lembaga antikorupsi yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang selama ini efektif memberantas korupsi.
Cara lainnya adalah dengan mencetak banyak generasi antikorupsi, khususnya generasi muda untuk terlibat dan menjadi bagian perlawanan korupsi di Indonesia.
Hal ini kemudian mendorong ICW membuat program pendidikan antikorupsi dalam bentuk Sekolah Antikorupsi (SAKTI).
SAKTI memiliki tujuan antara lain memiliki pengetahuan dasar tentang isu antikorupsi, baik dari sisi sejarah, teori, maupun kemampuan dasar memanfaatkan instrumen pemantauan.
Tujuan lainnya adalah memiliki perspektif antikorupsi dan keahlian dasar pemantauan korupsi; serta memiliki kemampuan dasar melakukan advokasi dan kampanye isu antikorupsi.
Kurikulum SAKTI 2017 diharapkan juga dapat membuat para peserta paham mengenai korupsi dan bagaimana memberantasnya.
Selain itu, alumnus SAKTI juga didorong dapat menjadi agen antikorupsi di daerahnya masing-masing dan bisa menularkan virus antikorupsi dalam setiap perbuatannya.
Sekolah pencetak kader antikorupsi ini telah berjalan pada tahun 2013 dan 2015 serta direncanakan akan dilaksanakan kembali pada tahun 2017.
Tokoh-tokoh yang pernah menjadi pemateri SAKTI 2013 dan 2015 antara lain Teten Masduki, Bambang Widjojanto, Budiman Sujatmiko, Busyro Muqoddas, Romo Frans Magnis Suseno, Febri Diansyah, Ani Soetjipto dan Adnan Topan Husodo.
Untuk pelaksanaan SAKTI tahun 2017 ini ICW membuka kesempatan bagi 20 orang pemuda-pemudi dari seluruh wilayah Indonesia, yang nantinya akan diseleksi dengan ketat.
(Baca juga: ICW pantau proyek "mangkrak" Taman Sehati)
Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017