Pasokan gas dari CPP Matindok rencananya dialokasikan untuk kepentingan PT PLN (Persero) dan PT Donggi Senoro LNG (DSLNG), kata Direktur Pengembangan PT Pertamina EP, Herutama Trikoranto di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan Pertamina EP memiliki dua CPP, yaitu CPP Donggi yang sudah mengalirkan gas (on stream) April 2016 dan CPP Matindok yang akan on stream di awal April nanti. Total kapasitas kedua CPP tersebut akan menghasilkan gas sekitar 105 MMCFD dan kondesat sekitar 850 barel minyak per hari (BOPD) dengan investasi mencapai 762 juta dolar AS.
Pasokan gas dari dua CPP tersebut sudah terkontrak dengan PT Donggi Senoro LNG (DSLNG) sebesar 85 MMSCFD hingga 2027. Sementara PT PLN (Persero) baru akan menyerap gas 20 MMSCFD mulai pertengahan 2020. "Kami mendapat informasi, PLN akan menyerap gas dari CPP Matindok untuk PLTGU Sulawesi Bagian Tengah berkapasitas 150 megawatt," ujarnya.
Herutama mengatakan CPP Donggi dan Matindok merupakan proyek yang penting bagi industri minyak dan gas bumi di Indonesia dan berperan penting dalam mempertahankan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara pengekspor LNG yang utama di dunia.
Pengoperasian CPP Matindok dan CPP Donggi akan meningkatkan kontribusi sektor minyak dan gas bumi dalam menyumbangkan devisa bagi negara dan tentunya akan menambah PAD bagi Kabupaten Banggai. Selain itu diharapkan sebagian dari gas yang dihasilkan dapat digunakan untuk substitusi bahan bakar minyak dalam negeri.
Lebih lanjut, Herutama mengatakan keberadaan proyek migas CPP Matindok dan Donggi yang dikelola Pertamina EP selain berperan dalam ketahanan energi nasional, diharapkan juga untuk secara langsung berkontribusi pada pembangunan daerah.
Dalam tahap awal, Pertamina EP telah merekrut putra putri terbaik dari masyarakat setempat yang lolos dari seleksi ketat untuk dapat turut berpartisipasi dalam operasional CPP Donggi dan CPP Matindok tersebut.
CPP Matindok dan CPP Donggi mendapat pasokan gas dari Blok Matindok. Kedua CPP ini memiliki fasilitas lengkap dan mengimplementasikan teknologi baru yang efisien dan ramah lingkungan (Green Plant), mengingat gas yang dihasilkan dari bumi Kabupaten Banggai ini memiliki impurities atau material lain dengan kandungan yang cukup tinggi sehingga perlu dilakukan proses pemurnian sebelum dapat dijual ke konsumen.
Berdasarkan perhitungan atas cadangan gas dan hasil kajian kelayakan ekonomi untuk pengembangan lapangan, Blok Matindok diperkirakan akan mampu berproduksi untuk jangka waktu 20 Tahun ke depan.
Namun Pertamina EP berkomitmen untuk melakukan eksplorasi lanjutan dengan harapan untuk dapat menemukan cadangan gas baru agar dapat terus mendukung dan menunjang pembangunan di wilayah Sulawesi Tengah.
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017