Jakarta (ANTARA News) - Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Profesor Hamdi Muluk mengatakan lingkungan harus melindungi anak-anak dari pengaruh radikalisme agar tidak memengaruhi pertumbuhan kejiwaannya.
"Lingkungan harus cepat tanggap kalau melihat ada anak-anak yang mulai menunjukkan gejala-gejala yang aneh, tidak seperti anak biasanya," kata dia di Jakarta, Rabu.
Dalam konteks radikalisasi, kata dia, yang harus diwaspadai misalnya ketika anak-anak bersikap membenci orang-orang di luar Islam, mulai bersikap sangat keras, memusuhi, dan tidak mau bermain dengan anak-anak yang bukan Islam.
Menurut dia, perhatian lingkungan sangat penting mengingat anak bisa saja terpapar ajaran radikalisme justru dari orang tuanya.
Adanya anak-anak dalam sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang dideportasi oleh Pemerintah Turki karena dianggap akan menyusup ke basis ISIS di Suriah, menurut dia, menunjukkan bahwa ajaran radikalisme justru ditularkan orang tuanya sendiri.
Ia pun mengingatkan bahwa paham radikal bisa juga diperoleh anak dari lingkungan sekolah, terpengaruh guru yang kebetulan simpatisan atau bahkan anggota kelompok radikal.
"Sekarang kan juga mulai terbongkar materi-materi yang radikal di pelajaran sekolah dasar," kata anggota kelompok ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu.
Menurut dia, indoktrinasi kepada anak-anak yang belum pada waktunya selain merusak jiwa anak juga melanggar hak asasi anak, apalagi dididik menjadi petarung yang nanti mau dijadikan seperti tentara untuk berjihad.
"Memang itu lazim dijumpai di negara-negara konflik seperti di Palestina atau di Afganistan, tapi Indonesia ini kan negara damai," ujarnya.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017