Denpasar (ANTARA News) - Sejumlah sampah "Ogoh-ogoh" atau boneka raksasa setelah digunakan pada malam "Pangerupukan" dan perayaan hari Suci Nyepi masih banyak berserakan di sejumlah desa dan sepanjang "bypass" Ida Bagus Mantra.
Bendesa (Ketua Adat) Pakraman Nongan, Kabupaten Karangasem Gusti Ngurah Wiryanata di Karangasem, Bali, Rabu mengatakan sampah bekas "Ogoh-ogoh" yang digunakan pada malam "Pangerupukan" memang masih ada beberapa, kemungkinan karena kelelahan para sekaa teruna (kelompok pemuda) yang mengusung sehingga belum semuanya di bakar.
"Namun sebelumnya kami sudah mengimbau agar Ogoh-ogoh selesai digunakan pada malam Pangerupukan atau sehari menjelang perayaan hari Suci Nyepi Tahun Baru Isaka 1939 untuk di-pralina atau dibakar," ucapnya.
Ia mengatakan langkah untuk pembersihan sampah "Ogoh-ogoh" tersebut pada hari ini atau paling lambat Kamis besok diharapkan sudah semuanya bersih atau dibakar.
"Selain menjaga kebersihan lingkungan dari kotoran atau sampah, tetapi dari segi simbolis bahwa ogoh-ogoh tersebut adalah lambang buta kala (roh jahat) karena itu harus dibakar, sehingga tidak mengganggu alam semesta beserta isinya," ujarnya.
Oleh karena itu, kata Ngurah Wiryanata, bagi kelompok pemuda yang sampai saat ini belum membakar ogoh-ogohnya agar segera di-pralina, sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitarnya.
"Kami minta kepada kelompok pemuda yang memiliki sampah ogoh-ogoh tersebut segera membakarnya, tidak boleh dibiarkan begitu saja di pinggir jalan. Ini sangat mengganggu lingkungan dan mengganggu pemandangan bagi wisatawan yang lewat di jalan tersebut," katanya.
Dari pemantauan, sejumlah bekas ogoh-ogoh tersebut masih berserakan di sejumlah tempat, seperti di pinggir jalan "bypass" Ida Bagus Mantra sekitar wilayah Kabupaten Klungkung dan Gianyar.
Namun di satu sisi masih menjadi tontonan menarik bagi masyarakat yang melewati jalan tersebut, karena setiap warga yang lewat menyempatkan diri menoleh ke arah "Ogoh-ogoh" itu, walau kondisinya sudah tidak utuh lagi.
Bahkan ada warga sampai menghentikan kendaraannya untuk bisa lebih mendekat menyaksikan bekas "Ogoh-ogoh" tersebut.
"Saya ingin melihat lebih dekat lagi, walau ogoh-ogoh itu sudah tidak utuh lagi. Saya ingin melihat bahan yang digunakan dan kerangka apa di dalam boneka raksasa itu," katanya.
Pewarta: I Komang Suparta
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017