Jakarta (ANTARA News) - Dua dokter ahli Taiwan berada di Indonesia untuk menawarkan berbagi pengalaman dalam penanganan wabah, khususnya demam berdarah dan flu unggas. "Di Taiwan belum ada penularan flu unggas dari manusia ke manusia. Kami sangat senang jika dapat membantu Indonesia," kata dokter Hsu Yuan-Nian, inspektur rumahsakit Taichung, Taiwan, di Jakarta hari Selasa. Hsu Yuan-Nian didampingi dokter Happy Kuy-Lok Tan, inspektur rumahsakit Taoyuan, berada di Indonesia dua hari atas undangan kantor Ekonomi dan Perdagangan Taiwan di Jakarta. Menurut Hsu, 23 juta orang di Taiwan hingga kini tidak dihinggapi flu unggas, karena memiliki sistem kesehatan terpadu. Padahal, sejak 22 Januari 2007, tetangga Taiwan, yaitu Vietnam, Thailand, Kamboja, Indonesia dan China, dihinggapi virus flu unggas H5N1, yang menyerang manusia dengan 226 kasus dengan tingkat kematian di atas 60 persen. Sistem asuransi kesehatan telah mencakup 99 persen penduduk Taiwan, tempat terdapat sekitar 400 ribu warga pendatang dan Indonesia merupakan yang terbanyak dari kawasan Asia Tenggara, dengan Taiwan pada 2005 mengeluarkan 49.419 visa kerja untuk warga Indonesia. "Media `Economist` menyatakan Taiwan sebagai kedua di dunia dalam hal kesehatan setelah Swedia," katanya. Taiwan juga membantu penanganan flu unggas, misalnya, dengan membagikan 600 ribu kapsul Tamiflu ke Vietnam, yang menurut badan kesehatan dunia WHO merupakan negara paling terancam flu unggas. Sejumlah 233 juta dolar Amerika Serikat (sekitar dua triliu rupiah) dalam bentuk bantuan kesehatan telah disalurkan Taiwan selama 1995 hingga 2004. Selain itu, dilakukan kerjasama penelitian dan pelatihan penanganan berbagai penyakit. Pada kasus demam beraah, pada tahun lalu hanya terjadi 50 kasus dan tidak ada korban tewas di Taiwan. Pencegahan demam berdarah antara lain dengan membentuk satuan tugas di seluruh pelosok negeri itu. "Mengelola, mengendalikan, semua dengan satu komando, sehingga terpadu. Dulu sempat ditangani secara sektoral, oleh tiap departemen, namun telah ditinggalkan," katanya. "Di sekolah pun, kepala sekolah wajib menjaga sekolahnya bebas dari jentik. Kalau ditemukan jentik nyamuk, ia dihukum," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007