Jakarta (ANTARA News) - Yusril Ihza Mahendra mengaku bisa menerima dan berlapangdada atas pencopotan dirinya sebagai Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB).Pernyataan tersebut disampaikannya, dalam sebuah wawancara khusus dengan stasiun televisi swasta di Jakarta, Selasa malam."Saya terima ini sebagai sebuah kenyataan. Toh saya pernah mengundurkan diri sebagai menteri semasa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur)," ujarnya, santai.Saat itu, ungkap Yusril, dirinya mengundurkan diri dari Kabinet Gus Dur karena perbedaan prinsip yang begitu tajam, tetapi begitu perbedaan itu dapat ditekan, maka dirinya pun bersedia untuk duduk kembali dalam kabinet Gus Dur. "Sekarang, saya tidak memiliki perbedaan yang tajam dengan Presiden (Susilo Bambang Yudhoyono-red). Tetapi lebih pada desakan publik. Tetapi desakan itu bukan pada Presiden tetapi desakan publik atas diri saya," ujarnya. Ia menilai, keputusan untuk mencopot dirinya dengan alasan desakan publik merupakan salah satu bentuk gaya kepemimpinan. "Jika saya jadi pemimpin, saya akan melihat terlebih dulu apakah tekanan publik itu proposional dan benar. Saya tidak akan mengambil keputusan saat berada dalam tekanan publik," tutur Yusril. "Di sisi lain, jika anak buah saya yang mendapat tekanan publik padahal dia benar, tetap akan saya bela, bukan lalu saya berhentikan. Semua harus diklarifikasi dulu dan berimbang (balance-red)," katanya, menambahkan. Ketua Dewan Syura Partai Bulan Bintang (PBB) itu, menekankan apa pun yang telah diputuskan Presiden Yudhoyono terhadap dirinya sepenuhya kewenganan presiden. "Bahkan presiden mengganti menterinya tanpa alasan apapun, juga bisa," ucapnya. Tentang "ketidakrelaan" PBB atas pencopotan dirinya, Yusril menilai hal itu sebagai hal yang wajar. PBB bersama Partai Demokrat dan PKPI merupakan koalisi awal yang mendukung pencalonan pasangan SBY-Jusuf Kalla untuk menjadi presiden dan wakil presiden periode 2004-2009.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007