Kediri (ANTARA News) - Komunitas Jawa Kuno Sutasoma Kediri, Jawa Timur melakukan upaya untuk melestarikan aksara Jawa kuno dengan mengajak pemuda mendalami salah satu peninggalan budaya nusantara itu sebagai bekal membaca beragam naskah dan tulisan kuno.
"Dalam aksara Jawa Kuno banyak makna filosofi, simbol yang hanya diketahui oleh kalangan asli Jawa sendiri," kata Ketua Kojakun Sutasoma Kediri Aang Pambudi Nugroho di Kediri, Sabtu.
Tiga kiat dilakukan. Pertama, menggelar Workshop tentang aksara Jawa ini di Basement Simpang Lima Gumul (SLG) Kabupaten Kediri pada pekan ini.
Kegiatan ini dilakukan dalam rangkaian Hari Jadi Kabupaten Kediri ke-1213. Harapannya, masyarakat akan tertarik dan mau belajar serta memahami tentang aksara Jawa.
Ia menyebut, aksara Jawa sangat penting, misalnya untuk membaca beragam tulisan di prasasti maupun serat, sebab tanpa memahami tentang aksara Jawa, sangat sulit bisa membaca naskah kuno.
Ia pun mencontohkan, di Kabupaten Kediri ada Prasasti Lusem, yang terletak di Kecamatan Semen serta Prasasti Harinjing yang menjadi cikal bakal Kabupaten Kediri.
Sesuai dengan isi prasasti penanggalan 25 Maret, diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Kediri. Jika tanpa bisa membaca aksara Jawa kuno, sulit memahami isi dari prasasti itu.
Pihaknya menyebut, banyak masyarakat tidak memahami aksara Jawa kuno.
Salah satunya terbukti dalam Workshop, sedikit sekali para peserta yang bisa membaca tulisan aksara Jawa kuno. Selain itu, para peserta banyak yang sulit membedakan aksara Jawa kuno dengan aksara Jawa modern.
Padahal, aksara ini, merupakan salah satu warisan budaya nonbenda.
Ia khawatir jika hal itu diabaikan, justru Indonesia bisa kehilangan sumber daya manusia (SDM) untuk membaca sejarah.
Di sejumlah negara lain, misalnya India dan Thailand, pemerintah memperhatikan serta terus mengembangkan aksara lokal mereka.
"Takutnya, kalau ada penelitian sejarah kita kekurangan SDM. Lalu, ada prasasti diteliti oleh peneliti asing. Saya prihatin, orang asing belajar aksara Jawa Kuno, sementara kita sendiri gak bisa," ujarnya.
Walaupun banyak yang tidak memahami aksara Jawa kuno, ia mengapresiasi masih ada komunitas lain yang peduli untuk pelestarian budaya jawa tersebut,
Saat ini, sudah mulai bermunculan warga serta komunitas lain yang berupaya mengembangkan aksara Jawa. Ini menjadi kiat kedua, yakni pembuatan sistem aksara Jawa dalam format digital.
"Saat ini, ada digitalisasi font aksara Jawa Kuno yang dilakukan oleh mahasiswa asal Jakarta namanya Aditya Bayu," ujarnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri Eko Priyatno mengatakan, "Di Kediri, banyak prasasti ditemukan. Kediri juga terkenal dengan cerita Panji, yang diserat dalam aksara Kuno Jawa," katanya.
Kiat ketiga, menggelar pameran naskah kuno yang diserat dalam aksara Jawa kuno dan Bali agar masyarakat bisa mengetahui langsung.
Pewarta: Oleh Destyan Hendri Sujarwoko/ Asmaul Chusna
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017