Jakarta (ANTARA News) - Kalangan produsen minyak sawit mentah (CPO) dan minyak goreng menjamin harga minyak goreng akan turun menjadi Rp6.500 per kilogram pada pekan depan, sesuai dengan target pemerintah dalam Program Stabilisasi Harga (PSH). Hal dikemukakan jajaran pengurus Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) serta Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI), Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) usai rapat dengan Dirjen Agro dan Kimia (IAK) Departemen Perindustrian Benny Wahyudi dan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Departemen Perdagangan Ardiansyah S Parman di Jakarta, Selasa. "Penurunan harga minyak goreng di dalam negeri akan turun secara bertahap karena saat ini masih ada stok minyak goreng dengan harga lama di distributor," ujar Ketua Umum GAPKI Akmaluddin Hasibuan. Ia mengakui kalangan produsen CPO sendiri mengucurkan CPO dengan harga murah secara bertahap ke industri pengolahan (refinery) minyak goreng. Sampai hari ini (8/5) diakuinya produsen CPO yang menjadi anggota GAPKI masih mengenakan harga CPO sebesar Rp6.450 per kg sehingga harga minyak goreng dari pabrik Rp6.850 per kg dan di tingkat ritel menjadi sekitar Rp7.300 per kg. GAPKI akan menurunkan secara bertahap harga CPO yang ditargetkan pada Kamis (10/5) sebesar Rp6.100 per kilogram sehingga harga minyak goreng di pabrik Rp6.500 per kilogram dan ditingkat ritel menjadi Rp6.900 per kilogram. "Hari Senin (14/5) depan kami harapkan harga minyak goreng ditingkat ritel sudah mencapai Rp6.500 per kilogram, dengan target harga dipabrik Rp6.100 per kg dan CPO sudah Rp5.700 per kg," katanya. Saat ini ada lima daerah yang menjadi hub distribusi minyak goreng curah dengan harga murah yaitu Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, dan Makasar. Lebih jauh Akmaluddin mengatakan pihaknya berharap agar bantuan untuk memasok CPO dengan harga murah untuk stabilitas harga minyak goreng di tingkat Rp6.500 sampai Rp6.800 per kg tidak hanya dibebankan pada GAPKI, tapi juga perusahaan perkebunan non GAPKI yang jumlahnya mencapai 50-60 perusahaan. "Dari 5,9 juta hektar (ha) perkebunan sawit di Indonesia, sekitar dua juta ha adalah perkebunan rakyat, dan 3,9 juta ha perkebunan swasta yang jumlahnya sekitar 1,8 juta ha dimiliki anggota GAPKI, sedangkan sisanya 2,1 juta ha dimiliki perusahaan non GAPKI," kata Ketua Bidang Pemasaran GAPKI Susanto menambahkan. Direktur Eksekutif GAPKI Derom Bangun mengatakan rencananya Dirjen Perkebunan di Deptan akan mengumpulkan perusahaan perkebunan non GAPKI hari Jumat (11/5) di Deptan untuk meminta komitmen mereka membantu program stabilitas harga minyak goreng. "Total ekspor perusahaan perkebunan non GAPKI mencapai 40 persen dari total ekspor CPO nasional," ujar Derom. Ditambahkan Ketua Umum AIMMI Adi Wisoko, pihaknya akan menggunakan semua jaringan yang ada dan terlibat penjualan minyak goreng akan diikut sertakan dalam penyaluran minyak goreng curah dengan harga Rp6.500 per kilogram. Daya Serap Rendah Sementara itu, Ketua Bidang Pemasaran GAPKI Susanto mengatakan sejak Jumat (4/5) pihaknya sudah menggelontori minyak goreng dengan harga sekitar Rp7.300-Rp7.400 di tingkat ritel di sejumlah kota yaitu DKI Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, dan Makasar. Namun sampai hari ini daya serap minyak goreng tersebut masih rendah, karena masih adanya stok minyak goreng dengan harga lama di distributor. Ia mencontohkan di Jakarta dari target 1.200 ton yang mampu diserap distributor dan sub agen hanya menvapai 857 ton. Demikian pula dengan Semarang dari target 400 ton hanya 100 ton yang diserap, dan di Surabaya dari 600 ton hanya 460 ton serta di Medan dari 750 ton hanya 423 ton.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007