"Optimisme pasar masih terjaga, sinyal kenaikan peringkat oleh Standard & Poors (S&P) ditunggu pasar," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Jumat.
Ia menambahkan bahwa pelaku pasar juga sedang menanti pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal pertama 2017, diharapkan mencatatkan pertumbuhan sehingga fluktuasi mata uang domestik stabil.
Kendati demikian, lanjut dia, penguatan di beberapa aset berdenominasi rupiah mulai jenuh di tengah antisipasi investor terhadap sentimen S&P itu serta hasil pemilihan kepala daerah DKI Jakarta putaran dua sehingga laju rupiah relatif terbatas.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa masih adanya kekhawatiran pasar terhadap program kebijakan Presiden AS Donald Trump memberikan efek negatif pada pergerakan dolar AS.
"Kondisi itu kembali dimanfaatkan bagi rupiah untuk menguat," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, adanya imbas dari kedatangan Bank Dunia yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2017 sebesar 5,2 persen, lebih baik dibandingkan 2016 akan memberikan peluang untuk kenaikan rupiah lebih tinggi.
"Situasi itu tampaknya masih direspon positif pelaku pasar uang di dalam negeri," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017