"Kalau kita lihat dari dua badan pemeringkat lain, yang sudah menempatkan Indonesia sebagai layak investasi dan tinjauan positif, kami berharap ada kesamaan," kata Mulyani, di Jakarta, Rabu.
Investasi luar negeri sangat penting bagi pergerakan ekonomi internasional dan Indonesia. Pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 di Baden-Baden, Jerman, gagal mengatasi kebuntuan proteksionisme.
Dia akan bertemu perwakilan S&P yang ingin memberikan penilaian terbaru atas prospek perekonomian Indonesia.
Hal-hal yang akan dibicarakan dalam pertemuan itu, kata dia, antara lain terkait kondisi perekonomian terkini, termasuk sensitivas asumsi makro ekonomi, maupun realisasi penerimaan dan belanja dari APBN pada 2016.
"Pokoknya kita akan menyampaikan seluruh pemutakhiran, apa yang sudah dicapai pada 2016 dari sisi terutama keuangan negara, dari aspek fiskal mereka akan melihat dari kebijakan perpajakan secara umum, maupun sisi belanja," ujar Mulyani.
Menurut dia, para pemegang surat utang Indonesia di luar negeri juga mengharapkan S&P mau meningkatkan peringkat menjadi layak investasi, karena saat ini Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat perekonomian stabil.
"Banyak yang berharap Indonesia bisa meningkatkan menjadi layak investasi, karena seluruh pondasi APBN, maupun kebijakan ekonomi makro dan fundamental kita sudah dianggap memenuhi," kata dia.
Saat ini, S&P diharapkan segera menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi, karena pemerintah telah melakukan berbagai perbaikan terhadap struktur APBN agar menjadi lebih sehat.
Dari tiga lembaga pemeringkat internasional, yakni S&P, Fitch dan Moodys, hanya S&P yang belum memberikan peringkat layak investasi kepada Indonesia.
S&P hanya memberikan peringkat BB+ untuk peringkat surat utang jangka panjang dan B untuk surat utang jangka pendek. Prospek peringkat jangka panjang bagi Indonesia adalah positif.
S&P menekankan jika kerangka fiskal yang disusun pemerintah mampu diiringi dengan perbaikan performa melalui penurunan defisit anggaran dan jumlah pinjaman, tidak menutup kemungkinan peringkat Indonesia akan naik.
Beberapa pengamat ekonomi menilai S&P seharusnya sudah mengganjar Indonesia dengan peringkat layak investasi, namun itu terhambat karena mekanisme internal.
Dia akan bertemu perwakilan S&P yang ingin memberikan penilaian terbaru atas prospek perekonomian Indonesia.
Hal-hal yang akan dibicarakan dalam pertemuan itu, kata dia, antara lain terkait kondisi perekonomian terkini, termasuk sensitivas asumsi makro ekonomi, maupun realisasi penerimaan dan belanja dari APBN pada 2016.
"Pokoknya kita akan menyampaikan seluruh pemutakhiran, apa yang sudah dicapai pada 2016 dari sisi terutama keuangan negara, dari aspek fiskal mereka akan melihat dari kebijakan perpajakan secara umum, maupun sisi belanja," ujar Mulyani.
Menurut dia, para pemegang surat utang Indonesia di luar negeri juga mengharapkan S&P mau meningkatkan peringkat menjadi layak investasi, karena saat ini Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat perekonomian stabil.
"Banyak yang berharap Indonesia bisa meningkatkan menjadi layak investasi, karena seluruh pondasi APBN, maupun kebijakan ekonomi makro dan fundamental kita sudah dianggap memenuhi," kata dia.
Saat ini, S&P diharapkan segera menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi, karena pemerintah telah melakukan berbagai perbaikan terhadap struktur APBN agar menjadi lebih sehat.
Dari tiga lembaga pemeringkat internasional, yakni S&P, Fitch dan Moodys, hanya S&P yang belum memberikan peringkat layak investasi kepada Indonesia.
S&P hanya memberikan peringkat BB+ untuk peringkat surat utang jangka panjang dan B untuk surat utang jangka pendek. Prospek peringkat jangka panjang bagi Indonesia adalah positif.
S&P menekankan jika kerangka fiskal yang disusun pemerintah mampu diiringi dengan perbaikan performa melalui penurunan defisit anggaran dan jumlah pinjaman, tidak menutup kemungkinan peringkat Indonesia akan naik.
Beberapa pengamat ekonomi menilai S&P seharusnya sudah mengganjar Indonesia dengan peringkat layak investasi, namun itu terhambat karena mekanisme internal.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017