Ia mengemukakan hal itu dalam acara "Indonesia Economic Outlook 2017" yang diadakan Young Indonesian Professionals Association (YIPA) disponsori Bloomberg di London, demikian keterangan Direktur Eksekutif YIPA Steven Marcelino kepada ANTARA News di London, Selasa.
Sri Mulyani, mantan Managing Director di World Bank, menyebutkan bahwa tahun lalu pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,02% atau lebih baik dari ekspektasi, dan di tahun 2017 ini pertumbukan diperkirakan mencapai 5,1% sampai 5,2%.
"Hal ini menunjukan bahwa Indonesia telah pulih dari jatuhnya harga komoditas dunia" ujar Sri Mulyani, peraih penghargaan Euromoney sebagai Menteri Keuangan Terbaik Asia 2006.
Dalam satu dasa warsa terakhir ini, dikemukakannya, Indonesia tumbuh rata-rata 5,7% per tahun, sangat tinggi diantara Kelompok 20 Negara (G20) lainnya, dan hanya di belakang China dan India.
Hal ini, menurut dia, diseimbangi dengan tingkat inflasi yang stabil. Tantangan ke masa depan, menurut dia, bagaiman Indonesia bisa memiliki pertumbuhan dengan kualitas yang lebih baik untuk pembangunan yang inklusif dan adil.
Sri Mulyani menyatakan, di negara manapun kebijakkan fiskal merupakan sarana pemerintahan yang krusial karena tidak hanya dalam memastikan pertumbuhan ekonomi secara makro, namun juga secara mikro, secara manusianya.
Ia menegaskan, hal yang perlu diperhatikan bukan hanya pendapatan, tapi juga pengeluaran karena engeluaran yang baik akan menghasilkan investasi yang baik.
Pemerintahan Presiden Jokowi, dikemukakannya, agenda pembangunan infrastruktur mencapai Rp5.000 triliun, sedangkan pemerintah hanya bisa mendanai 25% dari total kebutuhan.
Oleh karena itu, ia menjelaskan, pemerintah mengambil langkah yang tepat untuk mengalokasikan biaya ke pilihan strategis, terutama dalam perhubungan antar-pulau dan penduduk di Indonesia, yang juga dibantu dengan perhatian khusus yang diberikan untuk 10 daerah tujuan wisata tertinggi.
Diakuinya bahwa sektor swasta, terutama investor asing diundang untuk mengambil peran di dalam mengisi kesenjangan pembangunan infrasturktur di Indonesia.
Dalam hal itu, ia menyatakan, Presiden Jokowi melakukan reformasi besar-besaran untuk meningkatkan kemudahan berbisnis sehingga tahun lalu peringkat Indonesia naik dari 106 ke 91 dalam indeksnya.
Namun, Sri Mulyani menambahkan bahwa pemerintah tidak puas dengan hasil ini dan menargetkan untuk mencapai di peringkat 40 besar dalam indeks kemudahan berbisnis.
Dalam forum yang yang diadakan di markas besar Bloomberg wilayah Eropa itu dibuka Pimpinan Bloomberg London, Constantin Cotzias, dan dilanjutkan dengan sambutan Duta Besar RI di Inggris Raya Rizal Sukma.
Rizal mengatakan Indonesia adalah negara yang besar dalam banyak aspek, namun sayangnya masih agak tidak diketahui para investor ataupun usahawan asing. Untuk itu, Indonesia perlu memberikan tekanan terhadapcerita dan pengalaman yang lebih baik lagi dan meningkatkan profilnya di mata dunia.
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017