Yogyakarta (ANTARA News) - Sekitar dua juta pelanggan listrik PT PLN Jawa Tengah - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selalu terlambat membayar tagihan karena melakukannya setelah tanggal 20 setiap bulan, kata Manajer Niaga PT PLN Distribusi Jateng-DIY, Dadan K di Yogyakarta, Senin malam.
Seusai meresmikan peluncuran Loket Pembayaran Rekening Listrik dan Mobil Keliling PLN di Galeria Mall Yogyakarta, ia menambahkan jumlah seluruh pelanggan listrik PLN se Jateng-DIY tercatat 6,5 juta pelanggan.
"Untuk menjatuhkan sanksi berupa pemutusan sambungan aliran listrik pelanggan sebanyak itu, PLN harus mengerahkan pegawai dalam jumlah banyak yang tentu sangat menyulitkan posisi PLN," kata dia.
Didampingi Manajer Distribusi Rudi Trianto dan Manajer PT PLN Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Yogyakarta, M Fadholi, ia menambahkan untuk mengatasi itu perlu perubahan sistem pembayaran rekening listrik agar pelanggan dapat dengan mudah membayar rekening tanpa harus menunggu hingga batas waktu pembayaran.
"Memang ada kecenderungan para pelanggan listrik PLN mengulur pembayaran rekening hingga mendekati batas waktu yang ditentukan. Ini yang mengakibatkan selalu terjadi antrean panjang di loket-loket pembayaran. Bahkan mereka cenderung membayar rekening di atas batas waktu tersebut," kata dia.
Karena itu pihaknya kini lebih mendekatkan layanan dengan membuka loket pembayaran rekening, misalnya di Galeria Mall Yogyakarta serta layanan mobil keliling untuk melakukan jemput bola.
Melalui kemudahan pembayaran itu diharapkan para pelanggan listrik tidak lagi terlambat membayar rekening setiap bulannya.
Sementara itu, Manajer Distribusi PT PLN Distribusi Jateng-DIY, Rudi Trianto mengatakan pihaknya setelah melakukan penelitian terhadap 32 ribu pelanggan di Jateng-DIY terungkap sekitar tiga ribu pelanggan melakukan pelanggaran pencurian aliran listrik.
"Dari jumlah itu yang terbanyak adalah pelanggan listrik rumah tangga dan beberapa pelanggan industri. Pelanggaran itu selain merugikan PLN juga bisa membahayakan pelanggan maupun lingkungan sekitarnya," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007