Batam (ANTARA) - Analisis keuangan dari Singapura memprediksi rupiah di pekan ini berada di kisaran 8.800 per dolar AS dan bisa melemah ke level 8.900 atau 9.000 bila pasar bereaksi negatif terhadap perombakan kabinet yang diumumkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Senin sore. Investor dan analis keuangan akan menahan rupiah untuk menguat sementara, tetapi reaksi pasar terhadap pergantian kabinet harus diperhitungkan, ujar analis senior Thompson Financial Singapura Mohktar Hasan kepada Radio Singapura Internasional Jika Bank Indonesia tidak mengintervensi, mungkin rupiah akan bisa menembus level 8.720 dan bila pasar bereaksi negatif terhadap perombakan kabinet, dalam pekan ini akan kembali ke level 8.900 atau 9.000, ujar Mohktar. Di awal tahun, katanya, rupiah menguat dengan baik sekali yakni 8.840 atau 8.860 seiring dengan melemahnya nilai dolar AS yang diperkirakan akan berlangsung lama, namun penguatan pada rupiah berpotensi tertahan bila pasar bereaksi negatif terhadap pergantian kabinet. Sejak beberapa bulan rupiah seperti juga seluruh mata uang di Asia Tenggara menguat karena perekonomian AS sedang melambat sehingga para investor mengalirkan dananya (carry trade) ke pasar atau negara yang menawarkan suku bunga yang tinggi. Modal yang mengalir ke pasar bursa dan obligasi di Asia mengakibatkan ringgit Malaysia melonjak sampai 3,4140 sedangkan rupiah melonjak sampai 8.865 per satu dollar Amerika. Kuatnya aliran modal dari luar negeri, kata Mohktar, membuat keprihatinan sementara pihak mengenai pergantian kabinet di Indonesia yang tidak mempengaruhi perkembangan rupiah di hari Senin. Dengan posisi rupiah hingga hari pertama pekan ini dan dari data ekonomi bahwa angka inflasi di Indonesia tidak menekan pertumbuhan ekonomi, maka ada kemungkinan Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga sampai 50 basis poin dari 9,25 menjadi 8,75 persen karena April tidak memangkas suku bunga. Menurut Mohktar, dengan indikasi itu, maka pemilik modal akan lebih untung membeli rupiah. Dengan pemotongan suku bunga, investor makin percaya diri untuk menanamkan modalnya di Indonesia terutama di pasar saham dan pasar utang (obligasi).(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007