Yogyakarta (ANTARA News) - Pakar ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sri Adiningsih, mengatakan posisi Sugiharto sebagai Menteri BUMN tidak seharusnya diganti mengingat kinerja BUMN di bawah kepemimpinannya mengalami kemajuan yang signifikan. "Dalam dua tahun terakhir, penerimaan BUMN meningkat dari sekitar Rp10 triliun pada 2004 menjadi lebih dari Rp15 triliun pada 2006," katanya kepada ANTARA News di Yogyakarta, Senin. Menurut dia, alasan reshuffle dinilai tidak jelas karena sebenarnya di tangan Sugiharto BUMN dapat berkembang tanpa kontroversi seperti kementerian lainnya. Ia menyayangkan kerja Sugiharto harus terhenti di tengah jalan, padahal apa yang dilakukannya sudah berada pada jalur yang benar. "Belum tentu yang menggantikannya dapat lebih baik dari Sugiharto," katanya. Bahkan, kata dia, bisa jadi kinerja BUMN justru lebih buruk setelah reshuffle karena semua harus dimulai dari awal. Bila yang direshuffle bukan orang yang tepat, maka perlu dipertanyakan sebenarnya akan dibawa ke mana pembangunan bangsa ini. "Reshuffle terbesar seharusnya terjadi pada tim ekonomi yang dinilai tidak mampu membawa ekonomi bangsa ke arah yang lebih baik," katanya. Menurut dia, tim ekonomi telah gagal meningkatkan iklim investasi yang berakibat pada lesunya perekonomian Indonesia. "Patut disayangkan reshuffle kabinet diwarnai kepentingan politik tanpa tujuan yang jelas," kata Adiningsih.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007