Baghdad (ANTARA News) - Dari kuil Nabi Yunus di Mosul yang rebut kembali Irak pada 19 Januari dari ISIS yang menghancurkannya pada 24 Juli 2014, telah tersingkap sebuah istana kuno di bawahnya 28 Februari lalu. Istana itu diperkirakan terkubur sejak 600 tahun Sebelum Masehi.
Istana kuno yang tersingkap itu menandai nilai sejarah tinggi situs yang pernah dikuasai Imperium Assyria yang berusia ratusan abad, sebelum masuk era Kristen.
Sheikh Abdullatif Hemayem, kepala wakaf Sunni, mengunjungi Mosul 18 Maret lalu dan mengumumkan bahwa yayasan wakafnya berencana membangun kembali masjid kuno itu karena khawatir istana kuno yang berada di bawahnya yang baru ditemukan itu akan musnah untuk selamanya.
Faleh al-Shammari, direktur purbakala di Ninevah, berkata kepada Al-Monitor, "Pihak kepurbakalaan mengkhawatirkan keberadaan istana kuno di bawah makam Nabi Yunus itu, tetapi (kekurangtahuan soal lokasi spesifik) tempat ini tak pernah diekskavasi. ISIS (ternyata) juga mengetahui hal ini, sehingga mereka menggali terowongan ke dalam situs kuburan itu…pada skala besar-besaran, yang kemudian menyingkapkan penampakan-penampakan lain dan artefak-artefak baru. Namun ekskavasi ini tidak dilakukan secara ilmiah karena tujuan utama (ISIS) adalah merampok dan menghancurkan situs ini."
Zuhair al-Jabali, kepala dewan kota Mosul, mengungkapkan bahwa pada Juli 2014 ISIS mencuri harta karun Zaman Sargonic (1920-1881 SM) yang dikuburkan di bawah kuil kuno Nabi Yunus.
Shammari menambahkan, "Ruang yang mengelilingi dan berada di bawah kuil kuno itu mengandung situs-situs bersejarah dan artefak-artefak tak ternilai. Ekskavasi dan langkah pelestarian akan dimulai begitu situasi keamanan stabil dan anggaran akan dialokasikan untuk tujuan itu. Badan-badan yang kompeten saat ini telah membersihkan puing-puing."
Menurut Shammari, "Dari naskah-naskah kuno Assyria, istana itu berasal dari era Raja Esarhaddon."
Baca juga: (Terowongan di bawah masjid kuno Mosul tunjukkan penjarahan ISIS)
Penemuan kini membenarkan sebuah teori dari arkeolog terkenal Irak Benham Abu al-Soof yang menyebutkan bahwa reruntuhan benteng kota kuno Ninevah dan istana Raja Esarhaddon terkubur di bawah bukit di mana kuil Nabi Yunus dibangun.
Penemuan itu menguatkan teori bahwa kuil suci yang sudah diruntuhkan ISIS itu menjadi tujuan para penganut agama samawi atau Abrahamik (diturunkan oleh Nabi Ibrahim AS), yakni Yahudi, Kristen dan Islam. Dalam Kristen, Nabi Yunus disebut dengan Jonah, sedangkan Yahudi menyebut Nabi Yunus dengan Yonah. Nabi Yunus sendiri ada dalam Alquran, bahkan ada surat yang dinamai dari Nabi Yunus.
Irak menjadi tempat bagi peninggalan-peninggalan kuno zaman Mesopotamia. Masuknya Islam telah mengubah tempat-tempat kuno bersejarah itu menjadi monumen-monumen Islam.
Di antara yang terkenal adalah Kuil Shamash peninggalan Babylonia yang dibangun antara 1792 dan 1750 SM yang kemudian diubah menjadi monumen Islam. Kemudian, kota kuno Borsippa (604-562 SM), 15 mil dari reruntuhan kota Babylon di mana sebuah masjid besar dibangun untuk menandai tempat kelahiran Nabi Ibrahim.
Kendati dianggap tempat suci Islam, makam Nabi Yunus tidak luput dihancurkan oleh ISIS karena dinggap syirik oleh kelompok militan ini. ISIS juga menghancurkan banyak kuil kono dan puing-puing peninggalan zaman kuno yang umurnya berabad-abad.
ISIS merasa tidak apa-apa mencuri dan menyelundupkan peninggalan-peninggalkan bersejarah yang faktanya masih dianggap suci. Menurut para sejarawan dan arkeolog Irak, bulan Maret ini saja ISIS telah menghancurkan sebagian besar artefak kuno di Museum Mosul, museum kedua terbesar di Irak, sambil menjarah barang-barang berharga.
Jaafar al-Talaafari, jurnalis dari Ninevah, berkata kepada Al-Monitor bahwa warga kota Mosul menganggap kuil Nabi Yunus lebih dari sekadar monumen keagamaan, karena "situs ini adalah tujuan wisata yang berada di puncak sebuah bukit yang menatap kota Mosul. Saat di puncak bukit ini, orang dapat menikmati pemandangan yang mencakup seluruh lanskap Mosul."
Perang sengit di Mosul antara pasukan Irak melawan ISIS terjadi sejak Oktober tahun silam. Amer Abdul Razzaq, arkeolog dan peneliti pada Direktorat Kepurbakalaan Dhi Qar, berkata kepada Al-Monitor, "Sebelum memulai ekskavasi apa pun, monumen-monumen yang dihancurkan oleh ISIS itu harus dibangun kembali dan dilestarikan."
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017