"Mana yang lebih penting bagi kehidupan, air atau semen? Pegunungan kendeng ini menjadi sumber air kehidupan bagi lima kabupaten," katanya di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan sumber air itu bukan hanya untuk kebutuhan dasar hidup manusia tapi juga menjadi bahan baku pertanian sumber pangan nasional.
"Memangnya kita ingin merampas dan menghancurkan sumber kehidupan tersebut," ujarnya.
Wakil Ketua Komisi IV DPR itu mengakui pembangunan pabrik semen sangat penting namun jangan sampai menghancurkan sumber air kehidupan.
Menurut Daniel, semua pihak bisa mencontoh Mama Aleta di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berjuang menyelamatkan Gunung Nausus Molo yang ingin ditambang dengan menghancurkan sumber air.
Dia mengatakan PKB akan mengajak Mama Aleta mendampingi para petani Kendeng selain Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar akan berkomunikasi dengan Presiden Joko Widodo agar keputusan yang diambil secara hati-hati sehingga tidak merusak sumber air kehidupan.
Sebelumnya Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki menerima perwakilan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng di Bina Graha Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (20/3).
Teten Masduki menyampaikan kepastian PT Semen Indonesia menghentikan proses penambangan di Pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah.
"Jadi tadi pagi kami sudah panggil PT Semen Indonesia juga hadir dalam pertemuan tadi pagi Deputi Menteri BUMN untuk respon demo dari masyarakat Kendeng yang menolak pabrik semen. Dan sudah disepakati bahwa PT Semen menghentikan untuk sementara proses penambangannya dan memang sudah mereka hentikan," kata Teten.
Dalam pertemuan dengan empat perwakilan petani yang kakinya disemen itu, Teten juga menyampaikan bahwa PT Semen Indonesia setuju untuk melakukan perbaikan pada jalan-jalan yang rusak akibat alat-alat berat yang dioperasikan selama proses penambangan.
Selain itu, hal ke tiga yang juga disampaikan Teten kepada perwakilan petani itu yakni terkait penundaan rencana peresmian pabrik Semen Indonesia di Rembang.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017