Para penyidik masih berusaha menggali motivasi apa yang mendasari pria berusia 39 tahun bernama Ziyed Ben Belgacem itu menyerang tentara. Perbuatannya ini membangkitkan kembali sentimen keamanan di Paris dan penutupan sementara bandara kedua paling sibuk di Paris itu.
"Uji toksikologi yang dilakukan Minggu menunjukkan ada tingkat alkohol 0,93 gram per liter dalam darahnya, dan keberadaan ganja serta kokain," kata sumber tadi.
Ayahanda Ben Belgacem sebelumnya membantah puteranya teroris, sebaliknya menduga minuman keras dan narkotikalah yang menjadi pemicu anaknya menyerang tentara.
Ben Belgacem, yang lahir di Prancis dari orang tua keturunan Tunisia, menyerobot seorang tentara wanita yang lagi patroli di Bandara Orly, Sabtu pagi. Dia menodongkan senjata ke kepala tentara wanita itu dan merebut senapannya dengan berteriak dia ingin mati demi Allah.
Si penyerang yang juga menembak polisi beberapa saat sebelum menyerang tentara itu, kemudian ditembak mati oleh dua tentara lainnya setelah insiden itu.
Ayah Ben Belgacem menegaskan bahwa puteranya yang pernah mendekam di penjara karena perampokan bersenjata dan perdagangan narkotika, bukanlah ekstrimis.
"Anak saya bukan teroris. Dia tak pernah salat, dia mabuk," kata sang ayah yang terkaget-kaget itu.
Serangan di Orly itu terjadi ketika Prancis dalam kewaspadaan tinggi menyusul gelombang serangan teroris yang merenggut lebih dari 230 nyawa dalam dua tahun terakhir.
Kekerasan in juga membuat keamanan kembali menjadi agenda utama pada Pemilihan Presiden Prancis pada 23 April dan 7 Mei, demikian AFP.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017