Kita setidaknya harus memperkirakan bahwa itu dapat terjadi."

Berlin (ANTARA News) - Pemerintah Turki tidak bisa meyakinkan badan intelijen asing Jerman (Bundesnachrichtendienst/BND) bahwa ulama Fethullah Gulen yang bermukim di Amerika Serikat (AS) adalah sosok di balik percobaan kudeta di Turki tahun lalu.

"Turki telah berupaya meyakinkan kita soal itu melalui berbagai cara, namun sejauh ini tidak berhasil," kata kepala BND Bruno Kahl dalam wawancara dengan majalah berita Der Spiegel, yang beredar Sabtu (18/3).

Presiden Turki Tayyip Erdogan dan Pemerintah Turki menuding Gulen mengatur kudeta militer yang gagal di Turki pada 15 Juli 2016.

Dalam percobaan kudeta tersebut tercatat lebih dari 240 orang dinyatakan tewas ketika para tentara menyita banyak tank, pesawat tempur dan helikopter, serta menyerang parlemen yang dituduh berupaya menggulingkan pemerintahan Erdogan.

Erdogan dan Pemerintah Turki menginginkan AS mengekstradisi Gulen. Gulen, yang notabene pernah bersahabat dengan Erdogan sebelum berbeda pandangan politik, telah membantah terlibat dalam percobaan kudeta melibatkan militer Turki.

Ketika ditanya apakah gerakan Gulen beraliran Islam garis keras atau terorisme yang mencoba kudeta di Turki, Kahl mengatakan bahwa gerakan itu merupakan "perkumpulan warga sipil yang bertujuan untuk memberikan pendidikan agama dan sekuler lanjutan".

Baca juga: (Turki tidak tunda kepakatan pengungsi dengan UE)

Baca juga: (Presiden Turki: Belanda bertingkah seperti "republik pisang")

Kahl juga mengatakan tidak yakin Pemerintah Turki berada di balik kudeta.

"Percobaan kudeta itu tidak diprakarsai oleh pemerintah. Sebelum 15 Juli, pemerintah sudah mulai melakukan pembersihan besar-besaran sehingga pihak-pihak di militer berpikir bahwa mereka harus cepat melaksanakan kudeta sebelum mereka juga terkena," ungkap Kahl.

Kepala badan intelijen Jerman itu juga memperingkatkan peningkatan ancaman Rusia terhadap Jerman dan Eropa.

"Rusia telah dua kali lipat memperkuat kemampuan tempurnya di perbatasan Barat. Kita tidak menganggap semua itu sebagai pertahanan terhadap Barat," ujar Kahl.

Ia menilai bahwa Rusia mampu mempengaruhi pemilihan federal di Jerman pada 24 September 2017.

"Kita setidaknya harus memperkirakan bahwa itu dapat terjadi," katanya.

Badan-badan intelijen AS telah menyimpulkan bahwa Rusia melancarkan serangan dunia maya terhadap Partai Demokrat dalam upaya mempengaruhi pemilihan Presiden AS 2016 guna memenangkan Donald Trump, yang saat itu merupakan kandidat presiden dari Partai Republik.

Namun demikian, Rusia telah membantah berbagai tuduhan tersebut.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017