Kalimat "Prove Em All Wrong" (Buktikan Mereka Salah) tertulis dalam sebuah kertas tisu yang ditawarkan Kenny Wells (diperankan Mattew McConaughey) kepada Michael Acosta (Edgar Ramirez).
Kertas tisu itu menjadi sebuah surat kontrak yang ditandatangani oleh kedua orang yang baru saja bertemu di ndonesia, dalam rangka mencari sebuah tambang emas di Kalimantan.
Sesuai dengan judulnya, film "Gold" mengisahkan tentang pebisnis asal Texas, Amerika Serikat, Kenny Wells yang merupakan anak dari pengusaha pertambangan yang sukses.
Namun, kesuksesan sang ayah tidak serta-merta diikuti oleh sang anak, yang juga semakin menderita karena kondisi perekonomian di dalam negeri AS yang memburuk pada 1980-an.
Kenny Wells, yang kondisi bisnisnya memburuk berupaya untuk mencari para pemodal yang mau dan berkeinginan untuk menggelontorkan uangnya untuk mendapatkan sebuah tambang emas.
Setelah terus mencari di sana-sini (dan juga ditolak di sana-sini), Kenny yang putus asa kemudian dalam mimpinya mendapat ilham mengenai hutan tropis belantara, di mana dia bakal menemukan tambang emas.
Kenny akhirnya menelepon Michael Acosta, yang dikenal sebagai petambang legenda karena berhasil menemukan lokasi pertambangan yang kaya akan mineral di sejumlah lokasi di Indonesia.
Mereka berdua sepakat untuk bertemu di Jakarta. Dalam pertemuan awal, Acosta tidak terlalu terpukau melihat penampilan Kenny yang seperti pebisnis hampir-putus-asa yang minim harta.
Namun, Acosta akhirnya mengajak Kenny untuk mengembara di Kalimantan dan mengungkapkan impiannya untuk menemukan sebuah tambang emas di pedalaman pulau tersebut.
Ketika tiba di lokasi yang menurut Acosta bakal penuh dengan potensi biji emas, Kenny melihat tempat yang dilihatnya di dalam mimpi yang membuatnya yakin bahwa ada cadangan emas yang besar di Kalimantan, Indonesia.
Kontrak di atas kertas tisu ditandatangani oleh kedua orang itu. Kenny kemudian, melalui jaringannya, berupaya mengumpulkan pendanaan untuk melancarkan proyek tambang emas di lokasi yang ditunjuk Acosta.
Acosta menjalankan perannya dengan menyewa sejumlah orang dari suku Dayak untuk menjadi pegawai pertambangan dan mencari potensi tanah yang memiliki kandungan biji emas yang besar.
Perjalanan dalam menemukan kandungan emas ternyata tidak berjalan dengan lancar, karena berbagai sampel yang dikirimkan ke laboratorium menunjukkan hasil yang tidak cemerlang.
Bahkan, Kenny juga terserang penyakit malaria selama berminggu-minggu yang juga mengakibatkan pebisnis Amerika itu juga hampir saja kehilangan nyawanya.
Tidak hanya itu, pasokan permodalan yang menipis juga membuat gaji para pegawai tidak dibayar lancar yang mengakibatkan mereka berdua juga kehilangan tenaga kerja.
Di tengah keputusasaan tersebut, dan setelah beberapa pekan Kenny terbaring dalam kubangan sakitnya, tiba-tiba dia dibangunkan oleh Acosta yang menyatakan hasil sampel menunjukkan kandungan emas yang besar.
Kenny, yang melonjak gembira karena perasaan euforia karena telah berhasil menemukan tambang emas, segera kembali ke Amerika Serikat untuk mencari lebih banyak lagi investor yang mau menanamkan modalnya.
Salah satunya adalah sebuah perusahaan finansial yang salah satu bankirnya, Brian Woolf (Corey Stoll), tertarik untuk menanamkan uang dalam jumlah besar untuk mendukung aktivitas tambang emas Kenny-Acosta.
Dengan jumlah uang yang semakin besar yang dikantongi duo-petambang itu, kekayaan mereka semakin bertambah dengan pesat, begitu pula dengan Kenny yang banyak menghambur-hamburkan uang untuk menyenangkan sang pacar, Kay (Bryce Dallas Howard).
Tentu saja karier Kenny yang melesat tidak luput dari perhatian sang kompetitor yang juga memiliki jaringan pertambangan di Indonesia, yaitu Mark Hancock (Bruce Greenwood).
Mark Hancock berupaya untuk bisa mengambil alih saham perusahaan pertambangan Kenny, tetapi ditolak mentah-mentah oleh Kenny.
Hal tersebut membuat Hancock melancarkan aksi pembalasan dengan mempengaruhi pemerintahan Indonesia yang di film tersebut dinyatakan masih dipimpin oleh Soeharto (ingat, film itu disetting pada 1988 pada masa Orde Baru).
Kenny-Acosta, yang terkejut karena aktivitas pertambangannya ditutup oleh militer Indonesia, segera melakukan manuver dan bekerja sama dengan kerabat Soeharto agar tambang emas mereka dapat dibuka kembali dan dapat beroperasi kembali.
Film "Gold" yang berdurasi 121 menit itu memang diangkat berdasarkan kisah nyata pebisnis Kanada, David Walsh (1945-1998), yang dengan perusahaan tambang Bre-X nya pada pertengahan 1990-an membeli situs tambang di Busang, Kalimantan, dan awalnya mengklaim menemukan cadangan emas dalam jumlah yang besar.
Klaim penemuan itu mengakibatkan nilai saham Bre-X melejit dengan pesat. Tetapi pada 1997 terkuak bahwa ternyata cadangan emas di Busang adalah hal yang tidak benar atau merupakan bentuk penipuan, dan kerugian hingga miliaran dolar AS dari berbagai investor membuat dunia investasi mengecam Walsh dan perusahaannya, yang kemudian bangkrut.
Selain diangkat berdasarkan kisah nyata, hal menarik lainnya dalam film "Gold" adalah penggambaran mengenai kondisi Indonesia selama Orde Baru, di mana cengkeraman rezim penguasa sedemikian eratnya pada masa itu.
Dalam film tersebut juga disebutkan beberapa kalimat dalam kalimat Bahasa Indonesia, meski sebenarnya produksi dari film yang disutradarai Stephen Gaghan itu tidak dilakukan di Indonesia, tetapi di Thailand (selain di AS).
Secara keseluruhan, Matthew Conaughey berhasil menampilkan akting yang meyakinkan sebagai pebisnis yang terus melaju di tengah keputusasaannya. Namun, penggambaran yang ditampilkan dalam film itu kurang bisa menimbulkan simpati kepada para penonton yang biasanya diperoleh dari seorang tokoh protagonis.
Oleh Muhammad Razi Rahman
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017